Mohon tunggu...
Hidayat Raharja
Hidayat Raharja Mohon Tunggu... pegawai negeri -

hidayat raharja berminat terhadap permasalahan pendidikan dan kebudayaan. esaihidayatraharja.blogspot.com hidayatraharja.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sex Bebas di Mata Anak-anakku

23 Mei 2012   13:13 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:55 1670
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Setiap membicarakan persoalan sexdapat dipastikan akan menjadi perbincangan yang menarik orang lain utuk terlibat dan ikut membicarakannya. Sex menjadi menarik untuk dibicarakan karena seringkali dianggap sesuatu yang tabu untuk dibicarakan di hadapan orang banyak. Mencermati persoalan sex yang melanda remaja, menjadi sesuatu yang menarik untuk ditelusuri dan dipahami bersama, bahwa persoalan tersebut merupakan persoalan yang menyangkutpersoalan pendidikan dan persoalan di dalam keluarga.

Persoalan sex bebas di kalangan remaja merupakan persoalan yang amat menarik, sebab dalam diri remaja tersebut persoalan bangsa akan menjadi tanggung jawabnya di masa depan. Maka, apabila remaja banyak rusak akhlaknya, dapat dipastikan negeri ini akan menghadapi kehancuran.

Data KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia) dari hasil peneltiiannya di kota Jakarta, Surabaya, dan Bandung menunjukkan data 32% dari remaja usia 14-18 tahun menyatakan pernah berhubungan seks.riemapat remaja di Indonesiamelakukan hubungan seks pranikah. 62,7 % remaja yang duduk di bangku SMP telah kehilangan keperawanannya, dan lebih mengerikan 21,2 % di antara mereka pernah meakukan aborsi. Bahkan data LSM Sahabat Anak dan Remaja Indonesia (Sahara) Bandung antara tahun 2000-2002, menyebutkan ada sekitar 72,9 % remaja hamil akibat melakukanj hubungans eks diluar nikah, dan 91,5 % di antaranya mengaku telah melakukan aborsi lebih dari satu kali.

Beberapa data menunjukkan bahwa banyak remaja yang melakukan aborsi karena mengalami hamil diluar pernikahan, sebuah realitas yang menunjukkan bahwa berbuat atau melakukan hubungan sex di luar pernikahan yang mengakibatkan kehamilan bagi mereka merupakan hal yang diluar dugaan,namun kali dilakukannya.

Saat persoalan ini disodorkan pada anak-anakku di kelas X saat membahas materi mengenai reproduksi pada manusia, mereka sangat antusias berpendapat melalui artikel pendek yang dikerjakan pada selembar kertasdalam waktu 60 menit. Sangat menarik apa yang mereka utarakan. Menurut mereka perkembangan sex bebas di kalangan remaja di antaranya karena (1) Orangtua kurang peduli terhadap anaknya,sehingga si anakmencari kasih sayang di luar rumah; (2) Orangtua tidak mautahu aktivitas yang dilakukan anaknya,sehingga si anaklepas kendali sampai terjerumus ke seks bebas; (3) Kemudahan mengakses situs porno di internet merupakan salah satu hal menurut merekayang memliki kontribusi besar terhadap perilaku sex remaja. (4) Salah dalam memilih teman, sehingga mereka terjerumus ke pacaran yang tidak sehat, dan mengarah pada perilaku sex diluar pernikahan; (5) Sifat remaja yang labil danpenuh rasa ingin tahu, sehingga coba-coba dan akhirnya mengalami kecelakaan hamil di luar pernikahan; (6) Mereka tidak tahu kaibat yang harus ditanggung dengan hubungan sex yang mereka lakukan sebagai tanda cinta dan kesetiaan pada pasangannya; (7) kurangnya pemahaman mengenai persoalan seksualitas.

Berhamburannya media informasi melalui media teknologi informasi dan komunikasi dengan layanan internet yang bisa menghubungkan antar bangsa,sekaligus menyediakan segala infromasi yang bisa diakses kapan saja dimana saja. Realitas kehidupan yangmeminta kepedulian para orangtua untuk mengikuti perkembangan teknologi sehingga bisa menemani dan memantau anak-anaknya saat berselancar di dunia maya.Mesin pencari google menunjukkan databahwa sebagian besar pengguna internet meminta diarahkan ke situs porno. Tidak tertutup kemungkinan yang meminta layanan tersebut adalah remaja yang tengah berselancar di ruang warnet atau dengan mempergunakanlaptop yang tersambung dengan internet.Mengacu pada data Kementerian Kominfo, pengakses situs-situs porno itu bervariasi, termasuk kalangan siswa. Pengakses dari kalangan siswa SMP mencapai 4.500 pengakses, sedangkan 97,2 persen siswa SMU diperkirakan pernah mengakses situs esek-esek ini.

Di sebuah yayasan panti asuhan yang merawat anak-anak terlantar di Surabaya,mengungkapkan umumnya mereka yang menyerahkan bayi ke pantinya adalah para remaja yang tak siap untuk merawat anak, akibat perbuatan mereka hamildiluar nikah dan tidak siap menanggung resikonya.Betapagampangnya merekamelakukan hubungan sex diluar pernikahan namun kemudian tak sanggup dan tidak bisa bertanggung jawab atas perbuatannya.

Dari uraian sebelumnya,munculnya kasus persoalan munculnya hubungan sex diluar pernikahan bisa disebabkan karena pertama, pengaruh video mesum atau porno yang banyak tersedia di berbagai websitedi jejaring internet.Video semacam itu mudah peroleh di internet, karenapersaingan antar pengusaha warnet yang ingin mendapatkan keuntungan tanpa mempertimbangkan efek buruk bagi penggunanya.Halini pernha diakui oleh pengleola warung internet, saat sebuah stasiun televisi melakukan investigasi dengan bebasnya mengakses video pornolewat warnet.Meski,ada sebagian dari mereka yangikut bertanggungjawab terhadapaspekmoralitas dengan memblokir website video porno di dalam warnetnya.

Kedua, karena pacaran yang tidak sehat. Hal ini juga sangat dimungkinkan akibat pengaruh media hiburan atau tontonan yang menonjolkan kemesraan pada mereka yang bukan pasangan nikah.Pacaran yang suka sembunyidan bermesraan di tempat umum. Hampir di setiap taman kota di sore atau malam hariditemukan pasangan remaja yang belum menikahmelakukanpacaran dengan memegang bagian tubuhatau berciuman di tempat umum.Sebuah gejala yang menandakan hilangnya rasa malu pada diri mereka.

Ketiga, karena kurang kasih sayang dari orangtua, sehingga mencari kasih sayang diluar,serta keempat, karena kurangnya pemahaman mengenai sex dalam diri mereka,baik karena keterutupan informasi dari orang bisa dipercaya, atau karena mereka mencari informasi yang salah di luar rumah.

Kondisi seperti ini diperparah dengan tidak adanya pemahman dari orangtua mengenai cara berteman atau bergaul serta berpacaran yang memperhatikan rambu-rambu etika,moral dan sosial. Tidak jarang terjadiketika sepasang siswi yangpacarannya sudah menyerempet bahaya, saat orangtuanya dipanggil oleh guru Bimbingan Konseling di sekolah menyampaikan apa yang dilakukan oleh anak remajanya adalah hallumrah yang terjadi di dunia remaja.

Pacaran tidak sehat,adalah pacaran yangsembunyi dari orangtua, sukamenyepidari keramaian dan melakukan pegangan tubuh yang bisa merangsang danmengarah pada hal-hal yang mebahayakan bagi dirinya.

Pada suatu hari ada seorang siswa bertanya,apakah mungkin melakukan hubungan sex sekali menyebabkan kehamilan bagi pasangannya? Pertanyaan itu saya jawab tegas sangat mungkin terjadi,karenabila hal tersebut terjadi saat masa subur akan sangat mungkin terjadinya kehamilan.

Untukitu perlu kepedulian bersama antara orangtua sebagai tempat anakmenemukan naungan dan keteduhandan sekolah sebagai tempat anak menimba ilmu. Bagi orangtua perlu keterbukaan bagi anak remajanya untukmenjelaskan mengenai hubungan sex yang diperbolehkan agama,dan dampak hubungan sex diluar pernikahan.Sekolah sebagailembaga formal sangat memungkinkan untuk menanamkan pemahamanmengenai sex yang sehat dan diperbolehkan oleh agama melalui berbagai mata pelajaran yang diampukan di dalam sekolah.Lewat PKN dapat dijelaskan pada aspek moralitas personal dan sosial,bahwa kecekalaan sex diluar pernikahan akan menimbulkan aib bagi keluarga dan masyarakat sekitarnya. Melalui biologi dapat dijelaskan mengenai akibat hubungansex diluar pernikahanterhadapkehidupan pribadi dan kesehatan reproduksinya. Lewatmata pelajaran sosiologi dapat mnejalskan aspek sosial akibat hamil diluar pernikahan. Gampang diucapkan memang, tetapi membutuhkan kesungguhan dan ketulusan untuk melakukannya sebagai aplikasi terhadap pembentukan dan pengembangan karakter peserta didik.*****(HR).

data: dari berbagai sumber.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun