Mohon tunggu...
Hidayat Raharja
Hidayat Raharja Mohon Tunggu... pegawai negeri -

hidayat raharja berminat terhadap permasalahan pendidikan dan kebudayaan. esaihidayatraharja.blogspot.com hidayatraharja.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Anak-anak di Sebelah Mata

23 November 2012   14:25 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:46 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap anak adalah unik,

dan setiap anak memiliki keunggulan di antara kelemahannya.

Suatu hari saya memasuki kelas menulis (bimbingan menulis) di hari sabtu yang ditempatkan di laboratorium biologi. Ada sekitar sepuluh orang siswa yang mengikuti kelas menulis, siswa kelas X dan kelas XI. Siang itu saya memulianya dengan bercerita mengenai manfaat menulis, dan petingnya kemampuan menulis dalam kehidupan kita.

Mengapa menulis penting? Tanyaku kepada mereka. Mereka hanya tersenyum dan sebagian menjawab untuk mendokumentasikan fakta dan pengalaman melalui tulisan. Bagus, pujiku kepada mereka.Tulisan sebagai dokumentasi. Tulisan mampu menyelamatkan data dan fakta atau penglaman yang telah lama dialami.Juga menulis memiliki manfaat untuk melepaskan beban permasalahan yang bergelayut dalam pikiran. Stress yang menekan pikiran dan perasan menjadi plong setelah kita menuliskannya. Pikiran menjadi lebih segar dan bergairah. Lewat tulisan,kita bisa berekreasi memasuki wilayah baru (imajinasi) yang kita bangun. Serta menulis bisa mempengaruhi orang lain, pengalaman baik yang kita ungkap lewat tulisan bisa memberi inspirasi bagi orang lain. Namun juga menulis bisa mencelakakan oranglain, apabila tulisan itu mengandung hasutan atau fitnah yang tidak benar adanya.

Untuk bisa menulis, maka hanya ada satu jalan yaitu memulai untuk menulis. Saya ajakmereka siang itu untuk menulis pengalaman yang paling berkesan bagi dirinya.Terserah. Mereka mulai menulis mengungkapkan pengalamannya atau pun hal yang menarik di lingkungan sekitar mereka. Semua menulis tanpa beban. Dari sekian tulisan yang ada, hanya ada satu yang cukup menarikperhatian saya, tulisan Haris Al-Farizi. Dia tanpa peduli menulis tentang vampir dan sejarahnya. Sesekali dia bercerita kalau vampir yang ada di film dan dilayar televisi tidak seperti yang dibacanya dalam buku mengenai sejarah vampir. Waktu pertemuan usai dan seluruhpeserta menyerahkan tulisannya.

Sampai di tempat parkir,Haris sudah ada disitu, menungguku.

“Maaf Pak,mengganggu,”ujarnya dengan santun.

Saya tersenyum, “oke ada apa?”

:Pak, saya mau meneliti tentang pengaruh kopi terhadap umur manusia?”

“Oh ya, maksudnya apa?”

“Tatangga saya pecandu kopi usianya sudah melebihi tujuh puluh tahun. Itu berarti kalau kopi telah memperpanjang usia mereka.”

“oh,begitu.”

“Bisa,ya pak?!”

“Haris lebih baik kau menulis tentang sejarah vampir dan perkembangannya, tentu hal itu lebih menarik.”

“o,baik Pak.” Lalu dia pamit pergi meninggalkanku sambil mencium tanganku.

Aku tersenyum meninggalkannya segera pulang. Haris menjadi nama baru yang mengusik pikiranku. Anak yang berbeda dengan yang lain. Keluguan dan kesantunannnya takkan mudah dilupakan. Saya yakin kalau anak ini memiliki keunikan sekaligus kelebihannya. Dialah peserta kelas munlis yang paling rajin hadir, meski tulisannya tak bagus tetapi semangatnya menjadi kekuatannya dalam menulis.

Suatu hari Ika guru Matematika yang mengajar di kelas IPS mengeluh tentang Haris yang lambanmenangkap pelajaran matematika. Aku teringat Haris, dan aku cerita pada bu guru kalau Haris suka pelajaran sejarah. Haris sangat menyukai pelajaran sejarah. Saya ceritakan pengalaman selama bersama Haris dalam kelas menulis.Saya hanya punya keyakinansuatau ketika Haris akan memiliki karya yang bagus dan bisa menunjukkan jati dirinya. Haris yang memiliki kecerdasan dalam menulis.

Peristiwa yang sudah hampir aku lupakan, kembali bangkit dalam memoriku. Ya,kenangan tentang Haris kembali bangkit saat kami bertemu dalamkegiatan diklat Jurnalistik dan kebetulan dia adalah anggota ekstrakurukuler jurnalistik. Kami saling bersapa dan menanyakan keadaan. Di saat ngobrol santai, dia minta ijin untukmenunjukkan tulisannyayang ditaruh dalam memori handphone nya. Catatan yang mengejutkan, dan semakin menguatkan bahwa Haris sangat menyukai pelajaran sejarah. Dia mencatat tentang sejarah Turki dan Mesir dalam bentuk catatan pendek yang puitis. Sebuah resume yang bukan hanya sederhana tetapi bermakna. Ada sekitar 12 tulisan yang ditunjukkannya. Saya minta dia untuk memngumpulkan tulisannya.banyak yang telah saya hapus pak,karena memorinya tidakmuat untuk menampung.Dia mengatakannya tan beban perasaan,semntara saya merasakan eman tulisan-tulisannya dibuang.

Diceritakannya pada saya menegnai masuknya Islam pertama di Indoensia,kolonialisme yang menyengsarakan dan membodohi rakyat. Sejarah orang –orang izrael yang ditumpas Nazi dan kemudian sekarang menjadi pembunuh bangsa Palestina. Haris terus nyerocos bercerita dan pikiranku terus melayang untuk mengumpulkan tulisannya dan memberikannya kepada guru-gurunya yang menganggap Haris tak bisa apa-apa. Haris tempat aku belajar sejarah,keluguan dan kesantunan.(hidayat raharja)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun