Oleh: Hidayat
Dalam era modern yang dipenuhi dengan dinamika sosial dan kemajuan teknologi yang kompleks, pembelajaran tetap menjadi pusat dalam perkembangan individu dan masyarakat. Namun, untuk meraih kesuksesan dalam pembelajaran di tengah tantangan yang terus berkembang, diperlukan pendekatan yang holistik dan inovatif.
Perjalanan pendidikan pada abad ini merefleksikan pergeseran paradigma dari pendekatan tradisional menuju pendekatan inklusif dan interaktif. Kitab Ta'lim al-Muta'allim memberikan wawasan yang relevan dalam metodologi pembelajaran yang holistik. Filosofi yang diwakili oleh tokoh seperti John Dewey, yang menekankan pengalaman belajar siswa sebagai inti dari proses pembelajaran, menjadi landasan bagi perubahan menuju paradigma pendidikan yang lebih progresif.
Melalui pendekatan holistik, pentingnya transisi dari ketidaktahuan menuju pengetahuan, serta dari ketidakpahaman menjadi pemahaman, menjadi sangat jelas. Pembelajaran tidak lagi terbatas pada lingkungan kelas saja, melainkan juga menjadi tanggung jawab sosial dan agama. Pemahaman akan perubahan paradigma ini membentuk dasar bagi empat kategori utama:
Pertama, pendidikan dianggap sebagai pilar utama dalam pembangunan individu dan masyarakat, menghadapi tantangan abad ke-21 dengan beralihnya paradigma dari pendekatan tradisional ke pendekatan inklusif dan interaktif. Kitab Ta'lim al-Muta'allim relevan dalam konteks pendidikan modern, menawarkan metodologi pembelajaran holistik yang menggabungkan nilai-nilai moral dan religius dengan kemandirian siswa dalam pembelajaran.
Kedua, dalam konteks pendidikan Islam, pendekatan tradisional tidak hanya menitikberatkan pada pengetahuan, tetapi juga pada pembentukan karakter dan moral. Hal ini tercermin dalam interaksi yang erat antara pendidik dan peserta didik, yang bertujuan untuk membentuk manusia muslim yang bertanggung jawab dan memiliki moral yang kuat sesuai dengan ajaran agama Islam.
Ketiga, perubahan paradigma dalam pendidikan telah terjadi sejak awal abad ke-20, mengalami transformasi dari pendekatan pedagogi tradisional menuju pendekatan yang lebih inklusif dan interaktif, yang dikenal sebagai andragogi. Salah satu kontributor utama dalam pergeseran ini adalah John Dewey, yang menyoroti pentingnya pengalaman belajar bagi siswa. Konsep ini menandai perubahan fundamental dalam pendekatan pembelajaran, di mana keterlibatan aktif siswa menjadi fokus utama dalam proses pendidikan.
Keempat, integrasi pendekatan tradisional dan heutagogi dalam konteks pendidikan menawarkan paradigma yang kaya akan nilai-nilai tak ternilai. Pendekatan tradisional, terutama yang tercermin dalam Kitab Ta'lim al-Muta'allim, menekankan pembentukan moral dan religius yang kuat. Di sisi lain, pendekatan heutagogi menyoroti kemandirian siswa dalam pembelajaran. Dengan menggabungkan keduanya, pendekatan ini menciptakan lingkungan belajar yang dinamis dan mandiri, menghasilkan siswa yang tidak hanya kompeten secara akademis, tetapi juga memiliki landasan moral dan religius yang kokoh.
Dengan demikian, melalui pendekatan holistik yang mengintegrasikan prinsip-prinsip tradisional dengan inovasi heutagogi, pendidikan dapat menjadi lebih efektif dalam mempersiapkan generasi masa depan untuk menghadapi tantangan abad ke-21. Semoga artikel ini memberikan wawasan yang bermanfaat dalam mengantisipasi masa depan pendidikan yang lebih adaptif dan dinamis.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI