Mohon tunggu...
Achmad Nur Hidayat
Achmad Nur Hidayat Mohon Tunggu... Konsultan - Pakar Kebijakan Publik

Achmad Nur Hidayat (Born in Jakarta) previously earned Master Public Policy on Economic Policies from Lee Kuan Yew School of Public Policy National University of Singapore (NUS) and from Tsinghua University, Beijing China in 2009. He had an executive education from Harvard Kennedy School of Government, Boston-USA in 2012. He is currently assisting and providing recommendation for both the Supervisory Board of Central Bank of Indonesia and Government of Indonesia in the effort to increase sustainable economic growth, maintain the financial system stability and reinvent human resources capacities in line with technological disruption. He was Chairman of Student Boards (Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia) University of Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Dedollarisasi Menggema, Fakta atau Isapan Jempol?

7 Mei 2023   00:05 Diperbarui: 7 Mei 2023   00:00 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo blak-blakan Indonesia katanya sudah meninggalkan dolar.Dirinya mengakui bahwa saat ini Indonesia termasuk salah satu negara yang sudah mulai untuk meninggalkan dolar Amerika Serikat (AS) atau dedolarisasi.

Perry menjelaskan dalam konferensi pers selasa lalu (18/4), transaksi dengan negara mitra dagang dan investasi menggunakan mata uang lokal atau local currency transaction (LCT) merupakan salah satu upaya Indonesia dalam melakukan dedolarisasi.

Indonesia kan sudah mulai menggagas diversifikasi penggunaan mata uang, yaitu dalam bentuk LCT itu adalah yang BI sebut sebagai diversifikasi, kata Gubernur Perry.

Relevansi Dedolarisasi

Indonesia melalui Bank Indonesia dan kementerian Keuangan telah lama mempertimbangkan untuk melakukan dedolarisasi, yaitu mengganti penggunaan dolar Amerika Serikat sebagai pengganti mata uang Rupiah dalam transaksi komersial antara perusahaan domestik dan mata uang antar negara lokal dalam perdagangan bilateral Internasional.

Kampanye dedolariasi ditempuh pemerintah Indonesia untuk menjaga keseimbangan ditengah melemahnya peran keuangan AS di pasar global.

Tujuan dari dedolarisasi adalah untuk mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap dolar dan memperkuat penggunaan Rupiah di pasar domestik dan pasar bilateral perdagangan internasional.

Kenyataannya, Dedolarisasi Bagi Indonesia adalah Tujuan Jangka Panjang Bukan Jangka Pendek

Hingga saat ini 2023, dedolarisasi belum sepenuhnya dilakukan. Pemerintah Indonesia melakukan beberapa upaya untuk mendorong penggunaan Rupiah, seperti memperkuat infrastruktur pasar keuangan domestik seperti Bursa Efek Indonesia dan Pasar Uang Indonesia, dan membatasi penggunaan dolar dalam transaksi komersial dengan regulasi yang ketat.

Meskipun demikian, upaya-upaya pemerintah untuk mendorong dedolarisasi belum berhasil sepenuhnya, karena masih banyak perusahaan yang lebih memilih menggunakan dolar untuk transaksi mereka.

Beberapa faktor yang menjadi hambatan dedolarisasi di Indonesia antara lain kurangnya keyakinan dari pelaku usaha dalam kemampuan Rupiah sebagai alat pembayaran, serta kurangnya likuiditas dari pasar keuangan domestik.

Sejauh ini, pemerintah Indonesia tetap memperjuangkan dedolarisasi sebagai tujuan jangka panjang, meskipun dengan pendekatan bertahap dan tidak terburu-buru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun