Pertumbuhan ekonomi kuartal 2 2020 telah dirilis BPS kemarin 5 Agustus 2020. Hasilnya diluar prediksi banyak pihak yaitu negatif -5.32% sementara kemenkeu BI, IMF dan World Bank memprediksi sekitar -3.0% sampai -4.3%.
Prediksi yang tidak akurat tersebut menyadarkan kita bahwa ekonomi kedepan agak sulit diprediksi.
Kekhawatiran akan terjadi resesi semakin nyata. Kalangan pelaku usaha  yang disurvei di seluruh dunia setuju bahwa resesi adalah risiko bisnis terbesar pada tahun 2020.
Resesi diidentifikasi oleh dua kuartal berturut-turut dari penurunan produk domestik bruto dan cenderung menyebabkan tiga hal yaitu (1) peningkatan pengangguran, (2) Peningkatan tunggakan pinjaman yang lebih tinggi dan (3) hilangnya nilai aset berisiko seperti saham dan obligasi korporasi.
Investor individu dapat mempersiapkan diri untuk resesi dengan mengurangi risiko dalam portofolio mereka.Â
Ini dapat dicapai pertama kali dengan mempertahankan portofolio investasi yang terdiversifikasi dan menghindari terlalu banyak konsentrasi di satu asetÂ
Selain itu, individu harya menghindari investasi pada aset yang tidak likuid yaitu aset yang tidak dapat dijual dengan mudah.
Terakhir, Para pemegang utang seperti utang properti, utang kartu kredit dan pinjaman mobil yang bayar bulanan tinggi sangat berbahaya jika pendapatan mereka itu turun.
Setiap individu menghadapi tantangan unik yang berbeda satu sama lain. Bagi  individu yang memiliki diversifikasi aset: Sebagian besar dari kekayaan bersih individu tersebut umumnya dikunci ke dalam aset yang besar dan tidak likuid seperti tanah dan rumah - dan seringkali memiliki leverage (utang) yang tinggi.Â
Tidak seperti aset saham dan obligasi, individu tersebut punya aset tanah dan rumah, tidak dapat dengan cepat menjual tanah dan rumahnya dan umumnya penjualan sangat mahal dan menjadi sulit di masa resesi.Â