Edward Lee Thorndike lahir tanggal 31 Agustus 1874 di Williamsburg. Meninggal tanggal 10 Agustus 1949 di Montrose, New York. Mendapat gelar sarjananya dari Wesleyan University di Connecticut pada tahun 1895. Dan master dari Hardvard pada tahun 1897. Menerima beasiswa di Colombia dan mendapatkan gelar PhD-nya tahun 1898. Kemudian dia tinggal dan mengajar di Colombia sampai pensiun pada tahun 1940.Beberapa buku yang pernah ditulis, antara lain :
·Animal Intelligence
·Educational Psychology (1903)
Thorndike dianggap sebagai pelopor di beberapa bidang, antara lain:
• learning theory                            • educational practice
• verbal behavior                            • comparative psychology
• intelligence testing                     • nature-nurture problem
• transfer of learning
·application of quantitatives measures to sociopsyc
Teori-teori E.L. Thorndike
Bapak E.L. Thorndike mengembangkan dan mempopulerkan sebuah teori koneksionisme. Adanya hubungan atau koneksi atau asosiasi antara kesan yang ditangkap oleh pancaindra (stimulus) dengan perbuatan (response). Oleh karenya, teori ini disebut juga dengan teori Stimulus (S) – Respons (R). Dalam teorinya, Thorndike menggunakan seekor kucing sebagai subyek eksperimennya.  Menurutnya, dasar dari belajar adalah asosiasi antara kesan pancaindra (sense impression) dengan impuls (dorongan) untuk bertindak (implus to action).
Hukum yang diterapkan oleh E.L. Thorndike meliputi
1. Hukum Latihan (Law or Exercise)
Hukum ini mengandung 2 hal yaitu :
a. The Law Of Use
b. The Law of Disuse
2. Hukum Akibat (Law of Effect)
3. Hukum Kesiapan (The law of readiness)
Penerapan teori E.L. Thorndike
•Guru harus tahu apa yang akan diajarkan, materi apa yang harus diberikan, respon apa yang diharapkan, kapan harus memberi hadiah atau membetulkan respon.
•Tujuan pendidikan harus masih dalam batas kemampuan belajar peserta didik.
•Agar peserta didik dapat mengikuti pelajaran, proses belajar harus bertahap dari yang sederhana sampai yang kompleks.
•Dalam belajar motivasi tidak begitu penting karena yang terpenting adalah adanya respon yang benar terhadap stimulus.
•Peserta didik yang telah belajar dengan baik harus diberi hadiah dan bila belum baik harus segera diperbaiki.
•Situasi belajar harus dibuat menyenangkan dan mirip dengan kehidupan dalam masyarakat.
•Materi pelajaran harus bermanfaat bagi peserta didik untuk kehidupan anak kelak setelah keluar dari sekolah.
•Pelajaran yang sulit, yang melebihi kemampuan anak tidak akan meningkatkan kemampuan penalarannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H