Mohon tunggu...
Hidayat Husnul
Hidayat Husnul Mohon Tunggu... -

Belajar seumur hidup.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Senang Dipuji

25 November 2014   22:16 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:52 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jujur, semua orang senang dipuji. Mendapat pujian lebih menyenangkan ketimbang mendapat hinaan. Tetapi kita sering salah tingkah bila dipuji. Merasa tidak enak hati karena nanti bisa dianggap sombong. Setiap kali kita menerima pujian mungki ada orang yang iri, dan lantas menyebut bahwa sesungguhnya kita hanya sedang melakukan pencitraan—bahasa politik sekarang. Apalagi kalau niatnya memang cari pengakuan, maka sahih sudah apa yang disebut pencitraan itu. Atau pujian seolah-olah menyebabkan ada kesenjangan antara yang memuji dan yang dipuji sehingga kita sering tidak enak hati kepada orang yang memuji. Selain itu bila kita terlalu cepat berpuas diri, pujian bisa menghalangi kita dari introspeksi diri. Akibatnya mungkin ada beberapa orang yang “alergi” terhadap pujian, meskipun ia senang juga sih.

Padahal sebenarnya mendapat pujian adalah hal yang menyenangkan dan tidak perlu menimbulkan perasaan tidak enak di hati. Saya punya pemikiran bahwa bila ada orang yang memuji, maka terimalah dengan senang hati. Dan hati-hati dalam menolak pujian dan pura-pura merendah, karena bisa ditafsirkan “lain” oleh orang yang sudah tulus-tulus memuji. Ada baiknya ketika dipuji ucapkanlah alhamdulillah. Mengapa?

1. Pujian adalah salah satu nikmat yang harus disyukuri.
2. Dengan berucap alhamdulillah, maka sesungguhnya kita sedang mengingatkan diri bahwa hanya Tuhan-lah Yang Maha Terpuji. Alhamdulillah: segala puji bagi Allah.
3. Netral. Berucap alhamdulillah berarti kita senang dan bersyukur karena ternyata kita tidak jelek-jelek amat di mata orang lain, mengakui bahwa ada Yang Lebih Pantas Dipuji dibandingkan kita, dan sekaligus mengingatkan diri sendiri dan orang yang memuji bahwa kita bukanlah siapa-siapa tanpa Yang Maha Kuasa, sehingga tak ada alasan untuk merasa lebih superior dibandingkan orang yang memuji dan orang yang memuji pun tidak punya alasan untuk minder kepada orang yang dipuji. Netral, slow, dan santai dan biasa aja, serta tidak berlebihan.

Jadi, saya yakin insya Allah menyikapi pujian dengan ucapan alhamdulillah, akan menghindarkan kita dari sikap salah tingkah dan tidak enak hati bila dipuji, sekaligus menjauhkan diri kita dari sikap sombong. Malah akan melegakan dan menenangkan. Bila anda menyukai tulisan saya, alhamdulillah .

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun