Mohon tunggu...
Rahmat Hidayat
Rahmat Hidayat Mohon Tunggu... Guru - Anak Pulau

Berjalan di batas samudera

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Anak Tukang Becak

4 Mei 2020   01:57 Diperbarui: 4 Mei 2020   01:49 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

ANAK TUKANG BECAK

Menurutcerita Ibu, saya dilahirkan hari Minggu, Tanggal 25 maret tahun 1984, sianghari selepas Zuhur.  Sekitar pukul 14.30.Di desa Simpang. Depan kantor Bulat. Rumah Bidan Molek.  Bidan yang menangani kelahiran saya itu,Molek namanya, dia satu satunya Bidan  desa yang ada di Ampang Pulai Waktu itu. 

Sayatinggal disebuah kampung. Desa Pulau Karam. Ampang Pulai. Kecamatan Koto XITarusan. Kabupaten Pesisir Selatan. Sumatera Barat.  Dari rumah terdengan ombak berdebur. Apalagi kalau musim angin Selatan. Deburannyakencang sekali terdengar.  Dengan jarakbibir pantai dari rumah  sekitar 1000 marah ke Barat. Arah ketimur dipenuhi hamparan sawah. Diujung seberang sawahdepan Mesjid Almukarrammah Pulau Karam tempat saya belajar mengaji. Satu satunya mesjid di desa kami. sekitar 300  Meter dari halaman Mesjid disebarang sawahada  sungai. Kami menyebutnya rair.Tempat kami mandi mandi. Berlumba-lumba dengan kawan -- kawan  sama Gadang. Segala kejahilan kejahilan,kepandaian biasa nya keluar di rair ini. Sungai itu aliran dari sungai BatangTarusan.  Agak dekat kemuara. Jalan menujusungai  diatas pematang sawah. Kiri--kanan  dipenuhi semak- semak. Disela selasemak  ditumbhi  rumput, keladi, batang daun putri malu. Kamimenyebutnya daun sikejut.  Ditepi sungaitumbuh pohon kelapa. Beberapa ada pohon mangga, pohon Manggis, pohon Duku,pohon ambacang, dan pohon durian. Pohon Cubadak. Banyak juga  pohon Rumbia.  Batang nya diolah warga menjadi sagu. Daunnyabisa dibuat untuk atap rumah atau pondok. Hamparan sawah, dekat sungai tempatmenggembala sapi dan kerbau.  Buah buahansekitar sungai ini tidak jarang  menjadisasaran kami untuk mengobati haus dan lapar.  Pemandangan dikampung sangat asri. Udarasejuk.

Bagisaya waktu kecil kegiatan permainan masuk semak keluar semak, memancing ikan dikali, menangkap ikan disawah.  Mandihujan. istilah sekarang permainan itu disebut ngebolang. Petualangan di alam.Permainan ini bagi saya permainan yang snagat menyenangkan. Saya bisa lupamakan kalau sudah menghabiskan hari pada petualangan ini.

Ibusangat melarang saya mandi di sungai. Takut saya tenggelam. Diluar sepengetahuanibu. Diam --diam saya tetap main dan mandi disungai. Karena semua teman temanmainnya ya kesana.  Dikampung permainanbernusim musim.  Musim  mandi mandi ada (Dua).  Ada musim mandi laut. Ada pula musim mandisungai.  Di sungai inilah  akhirnya saya pandai berenang.  Setelah selesai mandi, saya menjemur badandibawah terik matahari  mengeringkanrambut ,  agar tidak ketahuan oleh ibu.Walaupun begitu sering juga ketahuan. Mata  merah selesai berenang,  tidak bisa disembunyikan. Bila ketahuan  tidak jarang ibu memukul saya dengan lidi. Ibumarah. Saya tahu  mengapa ibu marah. itukarena ibu sayang.  Saat suasana hati ibusedang baik, Ibu menyebut saya dengan panggilan sayangnya. Si Bujang gadang.  Tapi saya juga tidak mau kalah dengan kawankawan sama gadang. Saya harus berbaur dengan mereka. Saya harus pandai pulaberenang seperti mereka.  Saya bukan tipeanak rumahan. Anak mami.

 Dikampung ini saya tumbuh, bergaul dan dibesarkan.  Pada umum nya kerja masyarakat dua saja.Menjadi nelayan karena kami tinggal dekat laut. Atau menjadi petani kesawah dankeladang. System pertanian dikampung biasanya orang turun orang kesawah, duakali setahun. Paling banyak 3 kali.  Sawahdikampung bergantung pada banda langit (Air Hujan). 

Sayakecil, tumbuh bersama dengan anak-anak lainnya dikampung. bermain, berkelahi,penuh kenakalan. Adalah hari --hari kecil yang saya lalui. Dirumah saya adawarung kelontong. Kami menyeb utnya lapau. Waktu itu belum banyak lapaudikampung. lapau saya tempat berkumpul nya para pemuda. Orang orang yang pulangdari laut. M alam hari mereka berusaha dilaut. Paginya duduk dilapau.Sekedar  minum teh telur buatan Ibu saya.Sambil bercerita, berkelakar. Dilapau orang membicarakan apa saja. Ya, lapauadalah tradisi dikampung saya.  Anak lakilaki harus pandai duduk dilapau. kalau tidak maka kesannya kurang pandai bergaul.Entahlah.

Lapausaya selalu ramai dikunjungi. Saya tidak tahu, apa yang membuat Bapak Bapak, Pemuda,betah berlama lama duduk dipaleh- paleh( tempat duduk yang terbuat dari pohonNibung) buatan ayah. Lapau saya ibarat posko pemuda, siang dan malam ramai yangduduk. Meja Pingpong milik pemuda letaknya dirumah saya. Inilah salah satumedia olah raga pemuda waktu itu. saya masih kecil. Rata rata yang dudukdilapau mereka seusia mamak/uwan (saudara laki laki Ibu) karena mereka sebayadengan mamak, saya juga menganggap nya mamak. Memanggilnya uwan/om. Merekamenganggap saya seperti kemenaknanya. Walaupun kadang suku kami berbeda.Dikampung suku ada chaniago, Jambak, melayu dan Tanjung.  Menurut adat kami lelaki dan perempuan yangsukunya sama tidak boleh menikah. Karena mereka bersaudara menurut garismatriakad.

Dikampung, saya merasa banyak mamak. Saya tidaksebebas teman teman lain. Banyak yang menjadi mata mata jika perangai saya agakaneh. Banyak yang akan menegur dan melapor keibu. Disamping itu saya juga segankepada mereka. Sekali lagi walapun tidak sesuku, teman sepermainan mamak. Sayamenganggap nya mamak. Saya menaruh segan.

Ibuyang mengurus lapau. Sedangkan ayah mengayuh becak mencari nafkah.  Setiap musim padi telah masak. Setelah padidijemur, ayah keliling kampung mengayuh becak. Mencari muatan padi warga yang sudahdijemur untuk dibawa ke Huller (mesin  menggiling padi). Jarak tempat mesinpenggiling padi dari rumah sekitar 3 KM. Huller itu letakanya bertempat dikampung pansur. Belakang KUD.   pada saatmuatan ayah sedang banyak sering saya saya dibawa ayah menolong ayah mendorongbecak. Berdua saya dan Toni (Adik Laki --laki saya) mendorong becak

Seingatsaya tidak banyak saingan becak ayah dikampung. pekerjaan ayah membecak memang sangat menguras tenaga. Tidak jarang ayahpulang malam dari membcak. Ibu sellalu merebus  air  sampai hangat  sehingga menjadi air ngilu ngilu kuku. Untukmandi ayah.  Kegiatan membawa padi keHeller ini. Tidak hanya membawa saja. Tapi bagaimana padi sampai dihuller bisa digilinghingga menjadi beras. Kadang tiba diheller harus antrian pula dengan becakbecak dari kampung lain.

Pendapatanayah membecak selain untuk makan kami sekeluraga juga Untuk tambah modallapau.  Saya membantu ayah mendorongbecak, sampai saya kelas (Dua) 2 Tsanawiyah. Ayah berhenti membecak karena mengalamisakit akibat terkurasnya, kerasnya usaha. Tenaga yang diperas. 

Ayahpernah mengalami kecelakaan saat membecak. Waktu itu hari selasa. Hari balai.  ayah mengayuh becak pulang dari pasar. Padasaat mau pulang ditengah jalan masuk dari simpang tiga ampang pulai. Sekitar 20Meter dari Gapura selamat datang dikawasan Wisata Mandeh. Ada bendi dari arah Cerocokmenuju pasar. Malang sekejap mata, bendi ini menabrak becak ayah. Ayah dilarikanke puskesmas Tarusan. Dada ayah sakit akibat kecelakaan itu.  pada saat kejadian. Sulit ayah menghelanapas.

Kalaumusim padi sudah habis. Biasanya ayah berladang. isi ladang macam macam. Kadangbertanam Cabe. Kacang Panjang. Terung, Singkong dan  Kacang tanah, semangka. Hasil ladang ini Ibuyang menjual kepasar. Saya dan Toni sering dibawa keladang membantu beliau.

Kerasperjuangan ayah membesarkan saya , adik beradik. Tulang delapan kerat yangbeliau banting.  Beliau memeras tenaga.Hari ayah ayah habis  memang hanya untuk menafkahikeluarga.  Dari ayah saya banyak belajartentang kerasnya hidup.

Kebisaaandirumah, selesai shalat Magrib. Kami makan bersama. Pada saat makan malaminilah ayah sering bercerita tentang pahitnya hidup beliau dahulu. "Ayah kecilsudah menjadi yatim.  Untuk mencari makanbeliau pergi memukat kelaut.  Dapat makandua kali sehari saja sudah sukur" Kata ayah mengenang. Jika ada nasi yang berserak.Makan berimah. Ayah sangat marah sekali. Dengan mata melotot ayah bilang "menangis nasi itu nanti"  Sulitnya hidupmembuat ayah sekolah hanya sampai kelas 3 Sekolah dasar. Bekal sampai kelastiga itulah yang membuat ayah bisa membaca dan menulis. Seingat saya ayah tidakpernah bercerita tentang cita citanya.  

Dimejamakan inilah maju mundur, perkembangan keluarga sering  kami perbincangkan. Mulai soal sekolah sayaadik beradik, soal keuangan keluarga dan rencana rencana keluarga ke muka. Tradisimakan bersama sesudah shalat magrib ini sampai kini masih berjalan dirumah.Kalau saya sedang dirumah kami selalu melakukannya. Semua nya selesai dibahasdiatas  meja makan sesudah shalat Magribberjamaah.

 

Catatan: Tulisan ini adalah ungkapan taragak jo kampuang halaman.  Taragak, jo ayah, mande, adiak adiak dankawan sapamainan. Sawah ladang, lawik,  kampuang bakuliliang.

Bersambung...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun