Sehat adalah dambaan ideal setiap orang. Tidak ada yang menyangsikan bahwa kesehatan memiliki kadar urgenitas tinggi di tengah kondisi lingkungan sekitar yang perlahan mulai sakit. Sehat merupakan modal yang sangat berharga bagi setiap orang untuk melalui setapak demi setapak siklus perputaran waktu. Sehat juga digunakan sebagai rompi anti peluru dalam menerjang gempuran-gempuran isidental kehidupan yang datang silih berganti.
Pada dasarnya, sehat adalah awal bagiamana manusia bahkan seluruh makhluk hidup dapat terbentuk. Tidak mungkin janin dilahirkan jika kondisi sperma jantan tidak sehat. Sel sperma yang sehat pun tidak akan berguna jika seandainya sel ovum yang akan ia buahi dalam kondisi tidak sehat. Begitu pula zigot. Ia tidak akan mampu berkembang menjadi janin yang sehat ketika kondisi di dalam rahim tidak sehat. Idealnya, sehat merupakan primary key dalam kehidupan di dunia ini.
Sehat yang integral tidaklah berbicara hanya dari satu sudut pandang kesehatan, misalnya sehat fisik atau sebatas jasmani saja. Jika berbicara tentang kesehatan manusia, berati kita terikat pada suatu definisi kompleks bagaimana manusia terbentuk. Manusia yang utuh selalu dilekati oleh setidaknya empat sisi kesehatan ideal. Saya menyebutnya 4S kesehatan, yaitu sehat jasmani atau fisik, sehat mental, sehat spiritual dan sehat sosial. Hidup dapat dikatakan sehat dan menyenangkan manakala kita berhasil mengemban tugas dengan baik dalam mencapai empat sisi kesehatan tersebut secara ideal. Dengan kata lain, manusia tidak dapat dikatakan komplit jika terdapat kepincangan diantara empat hal tersebut.
Lalu, bagaimana cara agar keempatnya dapat berjalan secara selaras, serasi dan seimbang?
S pertama, yaitu sehat fisik atau jasmani. Fisik merupakan hal yang paling menonjol bagi manusia karena bentuknya yang dapat diindera secara langsung oleh orang-orang disekitarnya. Tidak heran jika sebagian besar manusia menjadikan fisik sebagai pakem utama dalam menentukan kadar kepercayaan diri mereka. Sehat secara fisik bukan melulu berbicara masalah bentuk tubuh atletis, tinggi, atau langsing. Fisik yang sehat adalah fisik yang tahan terhadap penyakit dan mampu bekerja secara normal. Kelainan bentuk fisik tidak dapat dijadikan indikator sehat atau tidaknya fisik seseorang. Kesehatan fisik dapat diraih dengan olahraga rutin, makanan bergizi dan istirahat yang cukup. Fisik memerlukan gerakan-gerakan tertentu agar ia tetap ada dalam kondisi terbaiknya.Â
Faktanya, olahraga memiliki banyak sekali manfaat untuk kesehatan fisik kita. Beberapa manfaat berolahraga yang dapat kita peroleh antara lain, (1) meningkatkan kapasitas otak, (2) mengurangi kadar stres, (3) membantu melawan penyakit, (4) memompa jantung lebih baik, dan (5) meningkatkan stamina. Olahraga tidak harus memiliki bobot yang berat. Lakukanlah jenis olahraga yang sesuai dengan minat dan kemampuan Anda. Kegiatan olahraga akan menyenangkan apabila Anda juga menghobikannya, misalnya saya.Â
Setiap minggunya saya selalu menyempatkan waktu untuk bermain futsal dan berenang. Olahraga akan menyenangkan bila dilakukan pada waktu yang sesuai dengan kemauan kita. Saya memilih hari Jum'at sore untuk bermain futsal dan akhir pekan untuk berenang. Bagaimanapun, kesehatan fisik yang baik selalu didapatkan dengan cara berolahraga, bukan karena obat-obatan. Dalam segi makanan, kita tentu sudah cukup khatam dengan istilah 4 sehat 5 sempurna yang selalu digaungkan dari usia belia hingga dewasa. Usahakan setiap hari gizi di dalam tubuh selalu tercukupi. Selain itu, selalu sempatkan diri untuk beristirahat dengan cukup agar kondisi fisik Anda tidak pernah redup.
S kedua adalah sehat mental. Kesehatan mental dapat disebut pula kesehatan psikis maupun jiwa. Ia berkaitan erat dengan bagaimana perasaan kita terhadap diri sendiri, orang lain, dan kemampuan dalam mengatasi persoalan hidup. Kesehatan mental harus terus dijaga agar selalu ideal dengan cara-cara tertentu, misalnya sering berkontemplasi dan berlatih mengoreksi diri sendiri. Kita juga bisa mempelajari bagaimana orang lain hidup untuk kemudian kita gunakan sebagai acuan koreksi diri. Saya selama ini memiliki keuntungan tersendiri. Sudah hampir 16 tahun hidup tanpa kasih sayang dari orang tua membuat mental saya kuat. Saya memiliki cara tersendiri untuk berlatih agar kesehatan jiwa saya terjaga, misal dengan cara menulis. Dengan menulis, psikis kita dilatih untuk terus beradu dengan pertimbangan-pertimbangan maupun berbagai konklusi dalam mencipta sesuatu.
S ketiga adalah sehat spiritual. Bagaimanapun, faktor religiusitas seseorang memberikan pengaruh yang besar dalam sebuah kehidupan. S ketiga ini memiliki kaitan erat dengan kadar keimanan seseorang dalam menganut kepercayaan tertentu. Saya pribadi sangat percaya akan adanya Tuhan yang tidak akan pernah melepas kontrolnya terhadap makhluk yang telah diciptaNya. Spiritual yang sehat mampu mengantarkan kita untuk menjadi pribadi yang sehat. Untuk melatih diri agar memiliki kadar spiritual yang sehat, kita perlu melakukan kegiatan-kegiatan yang dapat menambah kecintaan kita terhadap Sang Pencipta.Â
Salah satu cara yang paling utama adalah dengan rutin beribadah. Kita harus menanamkan asumsi kuat bahwa tidak akan tercipta segala kehidupan semesta jika tidak ada yang menciptakan. Selain menjalankan ibadah, kita juga bisa melakukan kegiatan yang dapat menambah kadar keimanan kita. Saya selalu menyempatkan diri untuk pergi berlibur ke tempat wisata alam setiap bulannya, contohnya bulan ini yang saya gunakan untuk pergi ke sebuah air terjun di pelosok Kabupaten Ngawi. Selain berguna untuk menghilangkan penat dan menyegarkan jiwa, saya dapat mengambil pelajaran bahwa Tuhan memberi kita segala hal yang Indah untuk bisa kita nikmati dan diambil manfaatnya.
S keempat adalah sehat sosial. Dari keempat S yang saya utarakan, sepertinya S terakhir inilah yang semakin sulit untuk diterapkan. Sehat sosial dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang berjalan normal dan sebagaimana fungsinya terkait dengan hubungan seseorang terhadap masyarakat sekitar. Hal tersebut semakin sulit lantaran sirkulasi masuk keluarnya berbagai produk kebudayaan yang semakin tidak terkendali. Sehat sosial begitu urgen diperlukan ketika muncul tradisi baru mengesampingkan orang sekitar dan lebih memilih untuk bermesraan dengan layar. Akibat layar kecil yang senantiasa berada di genggaman tangan, banyak orang tertipu dengan hakikat munculnya solusi untuk kemudahan.