Mohon tunggu...
Muhammad Hidayat Dwi Oktara
Muhammad Hidayat Dwi Oktara Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Aku menulis bukan untuk menjadi terkenal. Aku hanya ikin dikenal.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Kita Sudah Merdeka

22 Agustus 2016   13:48 Diperbarui: 22 Agustus 2016   13:52 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa waktu yang lalu saya kembali melakukan tanya jawab dengan seseorang tentang apa itu arti merdeka. Saya sendiri termasuk orang yang selalu melabelkan kata merdeka, terutama ketika momen Agustusan seperti bulan ini. Seperti biasa, selalu ada orang yang panas kupingnya  mendengar ataupun membaca kata-kata merdeka dari saya.

Ia melontarkan pertanyaan yang memang masuk akal, menjebak, dan rumit.

"Merdeka? Memangnya Indonesia sudah merdeka? Kemiskinan masih merajalela, korupsi masih menjamur, jual beli jabatan semakin masif, pendidikan semakin terbengkalai, banyak masyarakat kelaparan dan sulit mendapat layanan kesehatan, kamu bilang Indonesia sudah merdeka? Merdeka? Siapa yang merdeka, sedangkan kemarin ada rakyat yang menikmati kemerdekaan dengan menangis pasca TNI menyerang kampung mereka? Apakah itu merdeka?"

Saya tidak bermaksud untuk sok  nasionalis atau hal-hal musiman lainnya. Saya tidak bermaksud untuk membela diri. Ini negara saya juga. Negara yang berhak memperoleh pembelaan dan dianggap membanggakan bagi setiap warga negaranya.

Merdeka.

Kita memang sudah merdeka. Kalau belum merdeka, Anda tidak akan mungkin bisa bebas bersekolah menggunakan motor berboncengan tiga. Kalau belum merdeka, mana ada Anda bisa bebas berbelanja pakaian mewah di swalayan-swalayan kota. Kalau belum merdeka dengan pasti, tidak akan mungkin Anda melihat masyarakat Bumi Pertiwi yang mulai menekuni hobi selfie. Tidak.

Kita sudah merdeka. Tidak ada lagi suara gemuruh pesawat tempur dan tank-tank yang siap menerbangkan bom-bom di penjuru ibu kota. Upacara kita juga lancar. Tidak ada lagi berdiri mandor-mandor utusan Jepang atau Belanda.

Merdeka memang tidak melulu menjurus pada hal substansial, seperti merdeka dari belenggu para iblis penyedot hasil bumi dan tenaga nusantara.

Memang kemiskinan, kebodohan, kriminalitas, KKN, kesehatan dan hal-hal lain yang Anda anggap buruk masih menjadi urusan serius kita semua. Tetapi bukan berarti Indonesia itu bodoh, miskin, atau sangat buruk, bukan? Jangan Anda tertipu dengan adu domba oleh data-data absurd yang sengaja diciptakan untuk membuat masyarakat kita resah.

Semua negara dimanapun pasti mengalami hal demikian, termasuk negara yang maju sekalipun. Saya dan Anda mungkin tidak tahu kepastiannya, lagi-lagi karena informasi media. Jika kita belajar lagi, banyak juga kok tawuran terjadi di luar Indonesia. Banyak kok rakyat miskin yang kelaparan dan sulit mendapatkan fasilitas kesehatan. Indonesia yang kata Anda belum merdeka, nyatanya masih mampu membantu saudara-saudara kita di luar sana.

Kita sudah merdeka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun