Mohon tunggu...
Hidayasya Nur Afifah
Hidayasya Nur Afifah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Politeknik Negeri Semarang

Mahasiswa Jurusan Akuntansi Prodi Analis Keuangan

Selanjutnya

Tutup

Financial

Peningkatan Penggunaan QRIS: Mempermudah atau Mempersulit Transaksi?

19 Oktober 2024   17:00 Diperbarui: 19 Oktober 2024   17:11 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Standar nasional untuk pembayaran digital melalui kode QR yang dikenal sebagai QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) diluncurkan oleh Bank Indonesia (BI) pada tanggal 17 Agustus 2019. Sistem ini memungkinkan pengguna melakukan transaksi non-tunai dengan hanya mendeteksi kode QR menggunakan smartphone mereka. Hal ini bertujuan untuk mengubah sistem pembayaran Indonesia menjadi lebih canggih dan terintegrasi. QRIS cukup diminati terutama di kalangan anak muda yang suka cashless karena lebih simpel. Namun, apakah hal tersebut mempermudah atau justru mempersulit transaksi?

Seperti yang kita ketahui bahwa perkembangan QRIS semakin melonjak pada bulan Oktober 2024. Bank Indonesia (BI) melaporkan pada triwulan III 2024,transaksi menggunakan QRIS telah mencapai 209,6 persen secara year to year (yoy) dengan jumlah pengguna mencapai 53,3 juta dan jumlah merchant 34,23 juta. BI juga mencatat transaksi QRIS telah digunakan sebanyak 4,08 miliar kali dan nilai transaksi mencapai Rp 188,36 triliun pada bulan Oktober 2024. Ini menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan permintaan konsumen dengan metode pembayaran yang lebih praktis. Peningkatan ini juga jauh lebih tinggi dari tahun sebelumnya.

Peningkatan yang signifikan menunjukkan bahwa QRIS sangat membantu dan mempermudah transaksi bagi banyak khalayak. Penggunaan QRIS juga mempercepat proses pembayaran dengan metode scan barcode QR sehingga tidak perlu repot-repot membawa uang tunai atau mengurus transfer bank. Selain itu, QRIS juga dapat menjadi suatu potensi untuk menghindari penipuan dalam bentuk transaksi uang palsu karena transaksi dilakukan secara cashless. Akan tetapi, tidak dipungkiri jika QRIS juga dapat mempersulit transaksi terutama bagi beberapa lansia dan masyarakat, baik pelanggan maupun penjual yang belum melek teknologi. Mereka beranggapan bahwa QRIS mempersulit transaksi ketika ada pelanggan yang tidak membawa uang tunai namun si penjual tidak menyediakan kode QR sehingga dapat menurunkan omzet penjualan dari tahun sebelumnya. Begitu pula dengan beberapa lansia yang mengatakan QRIS ribet karena harus menggunakan smartphone, yang bagaimana beberapa dari mereka belum terlalu paham bagaimana cara menggunakan smartphone.

Hal ini dapat disimpulkan bahwa, peningkatan penggunaan QRIS yang melonjak memiliki  kelebihan dan kekurangan seiring berjalannya waktu. Bagi banyak orang terutama Gen Z QRIS sangat mempermudah transaksi. Namun untuk beberapa orang, QRIS justru mempersulit transaksi. Di samping itu banyak dampak positif dari penggunaan QRIS dari sisi efisien dan keamanannya. Meningkatnya penggunaan QRIS juga dapat meningkatkan omzet penjualan bagi banyak penjual yang menyediakan kode QR untuk pembayaran.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun