Mohon tunggu...
Hida Yani
Hida Yani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menganalisis Novel Tenggelam nya Kapal Vanderwicjk

8 Juli 2024   13:18 Diperbarui: 8 Juli 2024   13:21 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Menganalisis novel TENGGELAM NYA KAPAL VANDERWIJCK
Karya Hamka
Novel ini pertama kali ditulis oleh Hamka sebagai cerita bersambung dalam sebuah majalah yang dipimpinnya, Pedoman Masyarakat pada tahun 1938. Dalam novel ini, Hamka mengkritik beberapa tradisi yang dilakukan oleh masyarakat pada saat itu terutama mengenai kawin paksa. Kritikus sastra Indonesia, Bakri Siregar menyebut Tenggelamnya Kapal van der Wijck sebagai karya terbaik Hamka, meskipun pada tahun 1962 novel ini dituding menjiplak karya Jean-Baptiste Alphonse Karr berjudul Sous les Tilleuls (1832).

Diterbitkan sebagai novel pada tahun 1939, Tenggelamnya Kapal van der Wijck terus mengalami pencetakan ulang sampai sekarang. Novel ini juga diterbitkan dalam bahasa Melayu sejak tahun 1963 dan telah menjadi bahan bacaan wajib bagi siswa sekolah di Indonesia dan Malaysia.
Novel ini mengisahkan persoalan adat yang berlaku di Minangkabau dan perbedaan latar belakang sosial yang menghalangi hubungan cinta sepasang kekasih hingga berakhir dengan kematian.
 pesan yang disampaikan dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck
karya Hamka adalah :Tenggelamnya Kapal Van der Wijck mengisahkan tentang perbedaan latar belakang sosial yang menghalangi hubungan cinta sepasang kekasih hingga berakhir dengan kematian.para pembaca diajak untuk memasuki konflik, yaitu ketika hubungan berbeda budaya ini ditentang oleh para ninik-mamak Hayati dan juga para tetua suku karena Zainuddin dianggap bukan seorang yang berdarah Minang. 

Selain itu, Zainuddin bukan termasuk seorang pria mapan sehingga dianggap tidak cocok untuk dijadikan sebagai sandaran hidup Hayati. Pada akhirnya para tetua memustuskan agar Zainuddin segera angkat kaki dari Batipuh dan tidak berhubungan lagi dengan Hayati. Hal tersebut memang merupakan hal yang lumrah terjadi di kehidupan nyata pada zaman dahulu, di mana adat istiadat masih dipegang amat teguh oleh masyarakat.

pesan moral dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck adalah agar kita senantiasa menyerahkan segala takdir yang terjadi dengan diri kita pada Tuhan. 

Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck memang menjadi salah satu novel yang paling diminati sepanjang zaman karena kisah cinta di balik balutan sejarah Indonesia.1 Des 2023

Alur yang di gunakan dalam novel ini adalah alur campuran antara alur maju dan alur mundur. Alur Maju menceritakan kisah hidup Zainuddin dan kisah cintanya pada Hayati hingga ia meninggal, sedangkan alur mundur terlihat saat Zainuddin menceritakan kisah ayahnya saat masih tinggal di Kota Padang.

Kekurangan : novel ini menyuguhkan artistik dan properti ala tahun 1930-an yang terkesan berbau kekinian, kurang meyakinkan untuk mendukung suasana 1930-an. Alur ceritanya yang cukup lambat diperparah dengan banyaknya dialog surat-menurat antara Zainuddin dan Hayati. Kekurangan lainnya adalah special effect kapal. Tenggelamnya pun tidak jelas penyebabnya. Terkesan dipaksakan, seolah hanya mau tenggelam saja.

Kelebihan : novel ini memiliki daya tarik dari segi dialognya yang bagus. Dialog yang cenderung puitis menjadi penghibur untuk penonton.

Penutup

Buya Hamka yang merupakan penulis dari mahakarya novel "Tenggelamnya Kapal Van der Wijck" memberikan pesan tersirat melalui tulisannya. Meskipun novel ini merupakan cerita fiktif, namun kisah yang diceritakan sangat relevan dan dapat ditemukan di kehidupan nyata. Karangan Hamka ini memberikan kesan bahwa kejadian fiktif yang terdapat dalam novel memiliki nilai realis atau merujuk kepada suatu kejadian, mengangkat isu yang sering terjadi terkait budaya, moral, spiritual, keagamaan, dan kemanusiaan.

Selain dimanjakan dengan kisah romansa, Hamka mengajak pembacanya untuk ikut mengambil pesan yang ingin disampaikan yaitu cara menyikapi situasi apabila kondisi tidak berpihak kepada kita, cinta dan angan-angan yang dikekang atas nama adat istiadat, serta kepentingan material dan ego diatasnamakan agama. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun