Dalam dunia Rekayasa Perangkat Lunak (RPL), software testing adalah salah satu proses terpenting dalam memastikan bahwa suatu aplikasi berjalan dengan benar, aman, dan nyaman digunakan. Tanpa proses pengujian yang baik, aplikasi bisa berisi banyak bug, error, atau bahkan gagal digunakan oleh pengguna. Tapi seiring perkembangan teknologi, khususnya kecerdasan buatan (AI), muncul pertanyaan besar: apakah manual testing masih dibutuhkan di era modern ini?
Manual Testing: Peran Penting Manusia dalam Pengujian
Sebagai seorang mahasiswa yang sedang belajar tentang software development, saya sangat tertarik memahami bagaimana sebenarnya software diuji sebelum dirilis. Dari pembahasan yang saya pelajari, ternyata manual testing adalah proses di mana penguji (manusia) secara langsung menggunakan dan mengevaluasi aplikasi secara manual, tanpa alat bantu otomatis.
Misalnya, saat ingin menguji fitur login, seorang QA (Quality Assurance) akan mencoba berbagai kemungkinan:
-
Masukkan email dan password yang benar harus bisa login
Masukkan email yang salah harus muncul pesan error
Kosongkan kolom harus ada validasi
Semua proses ini dilakukan dengan matanya sendiri, tangannya sendiri, dan pikirannya sendiri. Jadi, memang benar bahwa manual testing sangat manusiawi dan penuh pertimbangan pengguna.
Meskipun terlihat sederhana, ternyata manual testing tetap sangat dibutuhkan bahkan di perusahaan besar seperti Google, Tokopedia, Shopee, dan Gojek. Mengapa? Karena tidak semua hal bisa dites oleh mesin. Misalnya:
Apakah tampilan aplikasi nyaman dilihat?
Apakah tombol terlalu kecil di layar HP?
Apakah alur penggunaan membingungkan?