Disaat terjadinya pandemi yang sedang mewabah di seluruh jagat raya. Semua aktivitas sosial dilumpukan dan dialihkan dengan aktivitas individu yang dikerjakan ditempat tinggal masing-masing. Dari aktivitas kantor, aktivitas sekolah, aktivitas kuliah maupun aktivitas pekerja buruh, semua diporak porandakan oleh virus ini sehingga semuanya harus berdiam diri. Semua pekerjaan harus dikerjakan dari rumah masing-masing secara online. Sekarang lagi bermuculan yang namanya hidup berbasis online. Ngantor online, sekolah online, kuliah online, dan kerja online.
Seperti halnya dosen yang memberikan pekerjaan kepada mahasiswa berupa tugas-tugas online yang wajib dikerjakannya. Tugas yang diberikan bukan tugas biasa tetapi tugas yang amat luar biasa, maksudnya adalah tugas yang menjulang tinggi setinggi gunung. Tugas satu bercabang menjadi dua, menjadi tiga, empat, lima dan seterusnya.Â
Hal ini yang dikeluhkan oleh para mahasiswa. Kuliah online atau biasa disebut daring ini ternyata menyusahkan dan tambah mempersulit mahasiswa. Lebih enak kuliah tatap muka dibanding dengan kuliah daring yang menyebabkan kuota tak lagi awet seperti sedulu kala. Sekarang yang dibutuhkan kuota sebanyak-banyaknya. Â
Berkaitan dengan kuota, banyak dari mahasiswa yang menyayangkan biaya UKT yang telah dibayarkan ke kampus tempo dulu. Mahasiswa bertanya-tanya UKT yang telah disetorkan dulu dilarikan kemana sekarang? Sedang proses pembelajaran tak lagi menggunakan fasilitas kampus. Kita mahasiswa malah mengeluarkan biaya tambahan untuk kebutuhan kuliah daring yaitu kuota. Kuota yang super joss. Lalu kemanakah uang tersebut? Ah mahasiswa mengeluarkan gunjingannya kepada dosen dan rektor.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H