Mohon tunggu...
Hidayatul Ambiyah
Hidayatul Ambiyah Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswi IAIN Jember

Hidup Bermanfaat Bukan di Manfaatkan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Paradigma Guru

28 Maret 2020   22:50 Diperbarui: 17 Juni 2021   05:47 1343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menyimak Bagaimana Paradigma Guru (unsplash/taylor-wilcox)

Kata "guru" (gu dan ru) disebut dalam bahasa Jawa "gu=digugu dan ru=ditiru" memiliki makna yang mendalam. Di katakan "digugu" dalam bahasa Indonesia disebut "dipercaya" artinya guru itu memiliki seperangkat ilmu yang memadai yang karenanya Ia memiliki wawasan dan pandangan yang luas dalam melihat kehidupan ini. 

Sedangkan dikatakan "ditiru" dalam bahasa Indonesia disebut "diikuti" artinya guru memiliki kepribadian yaitu yang karenanya segala tindak-tanduknya patut dijadikan panutan dan suri tauladan oleh peserta didiknya.

Pengertian tersebut diasumsikan bahwa tugas guru tidak hanya sekedar transportasi ilmu, melainkan bagaimana guru mampu merefleksikan ilmunya kepada peserta didiknya. 

Baca juga : Menjauhkan Diri dari "Keteladanan Retorika" Caraku Membangun Personal Branding di Antara Sesama Guru

Pada tataran ini terjadi sinkronisasi antara apa yang diucapkan oleh guru (di dengar oleh peserta didik) dan yang dilakukannya (dilihat oleh peserta didik).

Dalam perkembangan zaman, paradigma guru tidak hanya bertugas sebagai pengajar yang mendoktrin peserta didiknya untuk menguasai seperangkat pengetahuan dan skill tertentu. 

Namun guru hanya bertugas sebagai motivator dan fasilitator dalam proses belajar mengajar. Keaktifan sangat tergantung pada peserta didiknya sendiri, sekalipun keaktifan itu akibat dari motivasi dan pemberian fasilitas dari gurunya.

Baca juga : Pembelajaran Daring Berkendala Bagi Siswa, Dimanakah Peran Orangtua Serta Guru?

Seorang guru dituntut mampu memainkan peranan dan fungsinya dalam menjalankan tugas keguruannya. Hal ini dilakukan untuk menghindari adanya benturan fungsi dan peranannya sehingga guru bisa menempatkan kepentingan sebagai individu, anggota masyarakat, warga negara, dan guru sendiri. Antara tugas keguruan dan tugas lainnya harus ditempatkan menurut tupoksinya masing-masing.

Terkadang seseorang terjebak dengan sebutan guru, misalnya ada sebagian orang yang mampu memberikan dan memindahkan ilmu pengetahuan kepada orang lain sudah dikatakan sebagai guru. 

Baca juga : Peran Guru dalam Mengoptimalisasi E-learning untuk Meningkatkan Literasi Peserta Didik

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun