Mohon tunggu...
NURUL HIDAYAH
NURUL HIDAYAH Mohon Tunggu... -

Nurul Hidayah Mahasiswa Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Keputusan Terindah

26 Januari 2015   03:16 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:22 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

KEPUTUSAN TERINDAH

Angin berhembus dengan kencang seakan membawa kebingungan yang mendalam bagi para siswa kelas IX MTsN Pemalang yang sedang menunggu hasil UN, salah satunya adalah Fina. Dia adalah anak yang selalu mendapat peringkat kelas dan memiliki budi pekerti yang baik. Pada suatu hari Fina berkumpul dengan temannya yang ada di sekolah, salah satu temannya bernama Anis. Dia menceritakan tentang sekolah yang akan dituju setelah lulus MTs.

“ Kamu mau lanjut sekolah ke mana Fin?” tanya Zahra teman Fina juga

“Aku disuruh Abi supaya mondok sambil sekolah di Pondok Pesantren Mafatihul Huda Al-Ihsani Malang Jawa Timur.”

“ Kalau aku sih mau sekolah di Semarang. Kamu sih mau sekolah di mana Nis?” Ucap Zahra

“ Aku mau mondok di Lirboyo.” Jawab Anis

Karena sekolah mereka sedang bebas, jadi pulangnya cepat dan mereka segera kembali ke rumahnya masing-masing.

Setelah sampai di rumah, Fina bertanya kepada orang tuanya tentang sekolah yang akan dituju. Dengan sopan Fina mendekati Abinya yang sedang istirahat dengan tasbih yang selalu melekat di tangan kanannya,

“ Assalamu’alaikum Abi..”

“Wa’alaikumussalam.. kamu sudah pulang nak.”

“ sudah bi, sekolahnya sedang bebas..”

“ kenapa kamu memandang Abi dengan muka sedih?

“ aku tidak sedih bi, tapi aku tegang”

“ memangnya kenapa?”

“ apa aku jadi melanjutkan sekolah di Malang?”

“ sebelumnya maafkan Abi nak, kamu lihat sendiri kan, sekarang Abi dan Umi sudah semakin tua dan sakit-sakitan, apa tidak sebaiknya kamu mondok di Pesantren yang dekat saja?”

Muka Fina tampak sedih dan diam seribu kata karena melihat orang tuanya yang semakin hari semakin tua,

“ terus aku mondok di mana Bi?”

“ kamu mondok di Solo saja yah.”

“ ya sudah Bi, aku akan selalu menerima keputusan Abi,”

Fina menjawab dengan berat hati demi membahagiakan kedua orang tuanya. Berhari-hari dia terlihat sedih dan akhirnya jatuh sakit karena terlalu banyak fikiran. Mungkin ini cobaan dari Allah, Fina selalu sabar dan yang terucap dari mulutnya hanyalah istighfar dan kalimat-kalimat Allah.

Pada suatu hari Fina silaturromi pada gurunya dan diberi saran oleh gurunya supaya dia mondok di Pesantren Al-Istiqomah Jombang. Karena menurut gurunya, Fina itu mampu dalam bidang agama maupun pelajaran yang lainnya. Sebenarnya Fina tertarik dengan anjuran gurunya, tetapi apa daya tangan tak sampai. Jika mondok jauh-jauh, bagaimana nasib orang tuaku yang semakin hari semakin tua dan sakit-sakitan. (benaknya dalam hati).

Kini kesedihan Fina ditunda untuk sementara waktu, karena saat yang ditunggu-tunggu oleh siswa SLTP telah tiba. Tanggal 7 Mei tepatnya pada hari Jum’at sore, kepala sekolah mengumumkan hasil kelulusan UN. Fina membaca hasilnya dan ternyata dia lulus 100 % dengan hasil yang memuaskan.

Hati Fina berbunga-bunga karena sebentar lagi dia akan menimba ilmu di luar daerahnya. Dia kembali menemui abinya untuk membicarakan tentang pendaftaran sekolah.

“ Assalamu’alaikum.”

“ Wa’alaikumussalam.. “

“ Abi, kapan aku ke Solo?”

“ sabar ya nak, abi juga masih bingung karena disana pelajarannya sangat banyak, abi takut kamu tidak mampu nak..”

“ tapi Bi, Abi kan sudah berjanji dengan Fina, masa Abi mau mengingkarinya lagi?”

(Umi menghampiri mereka berdua)

“ Abi bukannya ingkar janji kepadamu nak, tapi Abi takut mengatakan apa yang sebenarnya ada dalam fikiran Abi dan Umi.”

“ Memang apa Mi?”

“ sebenarnya kami tidak ingin kamu jauh dari kami, tapi kami ingin kamu sekolah di sekitar sini saja nak, dan jika kamu ingin belajar agama lebih mendalam, maka Abimu siap untuk mengajarimu nak. Namun karena kamu ingin mencari ilmu agama di Pesantren, maka kami izinkan kamu untuk pergi ke Pesantren, tapi jangan di Solo karena itu masih terlalu jauh buat kami.”

“ lalu di mana Mi?”

“ kamu mondok di Pondok Pesantren Dar Al-Qur’an Islam Pekalongan saja dan sambil mengahafalkan Al-Qur’an di sana. Abi dan Umi lebih senang jika kamu mondok di sekitar sini sambil menghafalkan Al-Qur’an, daripada mondok jauh-jauh tapi yang dipentingkan hanya pelajaran umumnya.”

(Fina bingung)

“ ya sudah aku mau Mi, tapi kkalau aku tidak kuat bagaimana?”

“ kamu harus niat dengan ikhlas karena Allah dan harus selalu berkonsentrasi nak.”

Pembicaraan mereka terpotong karena telah tiba waktu Isya, dan saatnya mereka melaksanakan shalat Isya berjamaah.Setelah shalat Isya, Fina berbicara dengan Uminya dan pada saat itu Abinya sedah pergi dari Mushola.

“ Umi, jika Abi dan Umi ingin aku menghafalkan Al-Qur’an di Pekalongan, lebih baik aku mengahafalkan Al-Qur’an di rumah saja. Aku juga tidak tega dengan Abi dan Umi, siapa yang akan membantu kalian setelah aku pergi?” kata Fina sambil menangis

“ kamu ini ngomong apa nak? kalau sudah positif ya tidak perlu dibahas lagi!” (bentak Umi)

“ aku ngomong seperti ini karena aku melihat raut wajah Abi dan Umi penuh dengan kesedihan, itu bisa menyebabkan aku tidak konsentrasi dalam mengahafalkan Al-Qur’an.”

“ kamu tidak perlu memikirkan kami nak, yang penting kamu harus selalu belajar demi kesuksesanmu sendiri.” Ucap Umi dengan mata berkaca-kaca

Fina terus bersabar dan berusaha menerima ini semua dengan hati yang ikhlas dan selalu meminta petunjuk dari Allah. Akhirnya Fina mondok di Pekalongan dan dia sudah berhasil mengahafalkan Al-Qur’an sebanyak 20 juz dengan lancar dan fashih. Abi dan Uminya sangat bahagia mempunyai anak yang sholihah seperti Fina.

“Andai saja aku tidak menuruti kata-kata orang tuaku, belum tentu aku bisa menghafalkan Al-Qur’an, dan mungkin aku menjadi orang yang tidak berguna.” (benaknya dalam hati.

“ Beruntunglah Fina, disamping dia berakhlak mulia, dia juga menjadi hafidzoh dan membuat orang tuanya bangga kepadanya.”Ucap teman-teman Fina.

Sekian

NB:
Cerita ini hanya sebuah fiktif belaka, apabila ada kesamaan nama, tempat maupun yang lainnya harap dimaklumi. Semoga bisa bermanfaat bagi kita semua, Aamiin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun