Sebulan lebih yang lalu aku sempat merasa agak aneh dengan gigiku. Aku yang biasanya lebih enak mengunyah pake gigi sebelah kiri, tiba-tiba aja jadi kurang enak. Tapi ya sudah lah.
Tapi setelah itu terjadi hal yang lebih tidak enak. Ada gigi sebelah kiri yang tiba-tiba jadi sensitif. Kalau kena yang dingin atau panas gitu langsung ngilu. Ya sudah, aku pikir mungkin kapan-kapan aku bisa ganti pasta gigi untuk gigi sensitif.Tapi kemudian jadi lebih parah lagi. Walau lagi nggak makan minum pun, rasanya jadi ngilu. Aku jadi curiga jangan-jangan aku lagi sakit gigi. Tapi masa, sih? Perasaan aku rajin gosok gigi deh, minimal dua kali sehari, termasuk sebelum tidur.
Tapi kemudian aku iseng-iseng melongok si gigi. Setelah kulihat di cermin, ini mananya ya yang sakit? Ternyata, setelah pakai senter dari hape, ketahuan kalau gigi geraham kiri yang paling belakang ternyata bolong. Oh, God! Pantesan sakit. Gigiku bolong... berarti keropos, dong! Aku kira itu cuma mitos dokter gigi (nggak akan terjadi padaku maksudnya), ternyata... hmm... aku pikir itu cuma buat anak kecil yang suka makan manis-manis saja.
Bingung juga ini. Selain bingung giginya bakal diapain aja sama dokter gigi, juga bingung mikirin biayanya. Tapi setelah curhat sama mbak kos, dia nyaranin ke puskesmas aja, biar lebih murah. Waduh, kenapa aku nggak kepikiran begitu, ya? Dulu waktu tangan gatal mikirnya langsung ke dokter kulit, sekarang waktu sakit gigi langsung mikir dokter gigi non puskesmas. Sebelum memutuskan untuk ke puskesmas (persiapan mental dulu), aku minum pana*** buat meringankan rasa sakit yang banget itu.
Kunjungan Pertama
Akhirnya saat ke puskesmas tiba. Tentu saja aku dirujuk ke poli gigi. Udah daftarnya langsung dilayanin, masuk poli giginya juga langsung, nggak pake antri.
Begitu masuk poli gigi... semwriwing. Baunya... sangat khas poli gigi, nggak berubah dari aku kecil sampai sekarang. Juga, menakutkan. Dengan kasur operasi (sebut saja begitu) sekalian dengan alat-alatnya yang memang mirip alat operasi. Menakutkan. Ada bor atau apa lagi itu (begitu di mataku).
Duluuuu banget sempet denger kalau gigi bolong itu giginya bakalan dibor. Entah kata siapa, aku juga nggak ingat. Nah, waktu itu tiba-tiba saja aku merasa dag dig dug ser. Masa gigi udah bolong mau dibor? Habis, dong?
Dokter yang menangani perempuan. Bagiku perempuan atau laki-laki sama saja, kesannya menakutkan walau dokternya ramah. Disuruh rebahan, kumur-kumur, lalu dokternya menanyakan keluhan.
“Giginya berlubang,” kataku.
Mulutku dibuka dan si dokter mulai memeriksa. “Giginya masih bisa dipertahankan.” Agak senang juga sih, sebab kalau sudah terlambat, pikirku mungkin akan dicabut paksa kayak aku dulu waktu kecil. Waktu itu ada gigi liar tumbuh dan harus dicabut paksa. Lebih sakit dari cabut gigi yang sudah goyang.