Mohon tunggu...
Hida Al Maida
Hida Al Maida Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Sumatera Utara

Seorang introvert yang menyukai seni, puisi, langit, bintang, hujan, laut, bau buku, dan menulis. Punya kebiasaan aneh berbicara dengan diri sendiri, dan mencoret-coret setiap halaman paling belakang buku pelajarannya karena merasa isi kepalanya terlalu meriah, riuh, dan berisik untuk didiamkan begitu saja. Gemar menulis novel, puisi, serta tertarik tentang banyak hal berkaitan dengan hukum, perempuan, dan pendidikan. Baginya, setiap hal di muka bumi ini adalah keindahan dan makna yang perlu diselami sampai jauh, sampai kita menemukan sesuatu bernama hidup.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Candi Jago: 2 Corak Agama Dalam Satu Tempat

13 Mei 2024   15:11 Diperbarui: 13 Mei 2024   15:29 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: dokumentasi gajayana

Oleh karena persebaran agama Hindu-Buddha paling banyak berada di pulau Jawa, tidak heran jika pulau Jawa, terutama di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur menjadi tempat keberadaan candi paling banyak di Indonesia. Selain itu, banyaknya keberadaan candi-candi di Jawa Tengah dan Jawa Timur juga dipengaruhi oleh kerajaan-kerajaan bercorak Hindu-Buddha pada zaman dahulu berpusat di daerah provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Salah satu daerah yang menyimpan beragam candi peninggalan pada zaman kerajaan Hindu-Budhha adalah daerah Malang Raya. Malang menjadi daerah yang paling banyak menyimpan candi di daerah Jawa Timur. Setidaknya ada 27 buah candi yang terdapat di daerah Malang Raya. Salah satunya adalah candi Jago. Candi yang berada di dusun Jago, Desa Tumpang, Kecamatan Tumpang ini diperkiraan dibangun pada tahun 1268 Masehi pada masa kejayaan Kertanegara. Sejarah awal Candi Jago dapat ditemukan di kitab Pararaton. Di sana dijelaskan bahwa nama awal Candi Jago adalah 'Jajaghu' yang memiliki arti keagungan atau tempat yang suci. Candi Jago terbuat dari batu pegunungan, yakni batu andesit. Candi Jago, juga candi-candi lain peninggalan kerajaan Singosari rata-rata menghadap ke Barat. Hal ini dilakukan untuk memudahkan masyarakat untuk menentukan arah. 

sumber: dokumentasi gajayana
sumber: dokumentasi gajayana

Uniknya, pada bangunan Candi terdapat tiga pelataran atau tiga teras yang di masing-masing dindingnya terdapat relief-relief yang mewakili dua corak agama, yakni agama Hindu dan agama Buddha. Keberlangsungan pembangunan candi yang mewakili dua agama ini tidak lepas dari pengaruh Wisnuardhana yang pada masa pemerintahannya dapat menyatukan dua agama atau yang disebut sinkretisme. Badan candi bagian bawah mewakili agama Buddha yang di dalamnya terdapat relief Tamandaka atau Tanri,  Angling Darma, dan Gunjara atau tempat penyiksaan, sedangkan bagian candi dari tengah ke atas mewakili agam Hindu yang di dalamnya terdapat relief Partayatnya, Arjuna Wihara, dan Krisnayana.

Meski tidak terbilang candi yang besar, tetapi hingga saat ini, candi Jago masih banyak digunakan sebagai tempat peribadatan oleh umat Hindu dan Buddha.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun