Mohon tunggu...
Hibbatul Afwah
Hibbatul Afwah Mohon Tunggu... Mahasiswa - -

Hibbatul Afwah Mahasiswa Aqidah dan Filsafat Islam

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Pemikiran Emanasi Pliotinus dan Pengaruhnya terhadap Filsuf Muslim

26 Desember 2022   01:58 Diperbarui: 26 Desember 2022   02:25 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak dapat dipungkiri bahwa dalam kajian filsafat islam, yang menjadi tema menarik dan banyak dibahas oleh banyak pemikir muslim itu mengenai teori emanasi, namun tatkala pembahasan tersebut juga banyak menuai perdebatan di kalangan teolog, yang mana dalam teori emanasi ini membahas mengenai sesuatu yang berkaitan dengan penciptaannya, namun yang dikemukakan oleh para filsuf muslim ini tidak  murni dan asli dari konsep islam, melainkan banyak diilhami dan juga terinspirasi dari para pemikiran-pemikir sebelumnya terutama dari pemikiran para filsuf-filsuf Yunani.

Adanya teori emanasi ini merupakan upaya untuk  memberi solusi rasional mengenai dua perbedaan pandangan tentang penciptaan alam. Yang pertama menyatakan bahwa proses penciptaan alam mempunyai permulaan atau pernyataan mengenai apakah alam semesta ini ada karena memang sebenarnya ada atau dengan sendirinya. Dan yang lain percaya bahwa alam ini mempunyai permulaan. Begitu juga perdebatan tentang bagaimana penciptaan alam semesta ini apakah alam semesta ini diciptakan dari sesuatu bahan yang sudah ada atau tidak.

Teori emanasi ini bermula dari beberapa pemikiran filsuf Yunani, namun yang dibahas disini yaitu mengenai teori emanasi dari seorang filsuf yang bernama Plotinus, yang mana menurutnya emanasi ini merupakan suatu limpahan cahaya, suatu limpahan yang melimpah dari "yang satu" (to hen), dan proses emanasi itu melimpah dari yang satu dan melahirkan nous (jiwa),  lalu melimpah lagi pada soul (jiwa), dan dari sini melahirkan materi, dan ini merupakan tingkatan paling bawah dalam proses emanasi. Plotinus menganalogikan itu dengan lampu yang memancarkan cahaya, yaitu ketika lampu dinyalakan maka benda yang paling dekat dengan lampu akan mendapat cahaya paling kuat (terang), dan begitupun benda yang lebih jauh dengan lapu akan mendapatkan cahaya yang semakin lemah (gelap), namun dari analogi ini bahwa tidak ada keterputusan antara cahaya yang terang dan gelap. Plotinus melihat antara yang satu dan yang banyak tidak terpisah.  

Namun pemikiran dari plotinus ini banyak melahirkan konsekuensi, yaitu salah satunya adalah tiadanya penciptaan. Yaitu relasi dari yang satu dan yang banyak seperti benda dan bayangannya yang tak dapat dipisahkan. Dan konsekuensi ini yang membuat pandangan plotinus mengenai emanasi ini ditolak oleh Al-Ghazali dalam tradisi pemikiran islam.

Filsafat emanasi Plotinus ini mempengaruhi beberapa pemikiran islam yang diantaranya adalah Al-Farabi. Al-Farabi merekonsiliasikan pemikiran Plotinus tersebut dengan ketauhidan yang bersumber pada Al-Qur'an. Adapun upaya Al-Farabi untuk membuktikan keesaan Tuhan yaitu dengan teori emanasinya. Al-Farabi menjelaskan dalam teori emanasinya bahwa Allah itu 'Aql; Aqil, dan Ma'qul. Kata 'Aql di sini bermakna bahwa Allah-lah yang Maha mencipta dan mengatur segala sesuatu yang ada dengan sempurna tanpa adanya cacat. Yang Menurut al-Farabi, alam ini memancar dari Tuhan dengan melalui akal-akal yang jumlahnya sepuluh.

Dalam teori emanasi yang dicetuskan oleh al-Farabi Allah berpikir tentang diri-Nya kemudian terciptalah energi yang maha dahsyat secara pancaran dan dari energi inilah tercipta akal pertama. Akal pertama berpikir tentang Allah dan dirinya sendiri sehingga tercipta akal kedua dan langit pertama. Akal kedua berpikir tentang Allah dan dirinya sendiri sehingga terciptalah akal ketiga dan bintang-bintang. Akal ketiga menghasilkan akal ke empat dan Saturnus. Akal ke empat menghasilkan akal ke lima dan Yupiter. Akal ke lima menghasilkan akal ke enam dan Mars. Akal ke enam menghasilkan akal ke tujuh dan Matahari. Akal ke tujuh menghasilkan akal ke delapan dan Venus. Akal ke delapan menghasilkan akal sembilan dan Merkurius. Akal ke sembilan menghasilkan akal ke sepuluh dan Bulan. Pada tahapan akal yang terakhir, yaitu sepuluh ini dayanya sudah lemah sehingga tidak mampu menghasilkan akal yang sejenisnya dan hanya menghasilkan bumi, beserta roh dan materi pertama yang dibagi menjadi empat unsur yaitu: udara, api, air, dan tanah. (Hasbi, 2010)

Masing-masing akal yang berjumlah sepuluh itu mengatur satu planet, akal-akal ini adalah para malaikat dan akal kesepuluh, yang juga dinamakan akal fa'al, disebut dengan Jibril yang mengatur bumi. Jadi ada sepuluh akal dan sembilan langit dari teori Yunani tentang sembilan langit (sphere) yang kekal berputar di sekitar bumi. Akal kesepuluh mengatur dunia yang ditempati manusia ini. (Hasbi, 2010)

Seperti yang kita ketahui bahwa filsafat barat mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam filsafat islam, yang dalam teori emanasi ini filsafat islam mempunyai tujuan yang tak lain tujuannya ialah untuk menjaga kemurnian tauhid dalam ajaran islam. Seperti yang dikemukakan oleh pemikiran emanasi Al-Farabi tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun