Mohon tunggu...
Hibatul Wafiroh
Hibatul Wafiroh Mohon Tunggu... Mahasiswa - 22107030029_UinSuka

Kun fayakun

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Mie Ayam Tumini, dari Warung Kecil hingga Ekspansi Nasional

13 Juni 2023   09:36 Diperbarui: 13 Juni 2023   09:43 565
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah mendapatkan modal dari penyewaan gerobak, mereka membuka usaha mi ayam di utara pintu masuk Terminal Giwangan pada tahun 1990. Tempat tersebut masih digunakan hingga sekarang sebagai lokasi warung mereka. Pada awalnya, mereka menjual satu porsi mi ayam seharga Rp 250 dan berhasil menjual hingga 30 porsi dalam sehari, bahkan 60 porsi di akhir pekan.

Namun, pada tahun 1996, Suparman mengalami kecelakaan dan meninggal dunia. Usaha mi ayam sempat diserahkan kepada kerabatnya, namun omzet menurun karena cara memasak yang berbeda. Akhirnya, Tumini mengambil alih kembali dan seiring berjalannya waktu, mi ayam Bu Tumini kembali menjadi favorit banyak orang.

Warung Mie Ayam Bu Tumini pernah menjadi tempat singgah para pekerja yang bersepeda, baik saat berangkat kerja di pagi hari maupun pulang ke rumah di sore hari. 

Warung ini juga sempat menjadi pilihan pekerja dan pencari hiburan di kawasan sekitar yang dikenal dengan sebutan Sanggrahan, yang pada waktu itu merupakan lahan lokalisasi. Namun, dengan berubahnya kondisi sekitar warung, seperti penutupan lokalisasi Sanggrahan dan pembangunan Terminal Giwangan serta jalan lingkar, keramaian di sekitar Warung Mie Ayam Bu Tumini semakin meningkat.

Mie Ayam Bu Tumini memiliki cita rasa yang mudah diingat dan khas. Kuah mie ayam yang kental dan manis menjadi ciri khas warung ini. Awalnya, kuah buatan Tumini belum sekental sekarang. Mereka juga melakukan eksperimen untuk menciptakan tekstur sawi yang lebih lembut dengan mencincangnya menggunakan blender. Namun, perasaan kurang puas masih muncul. Akhirnya, dengan tambahan labu siam yang diblender, mereka berhasil menciptakan kuah kental yang memperkuat karakter Mie Ayam Bu Tumini.

Dengan perjuangan dan inovasi keluarga Suparman dan Tumini, serta cita rasa yang khas, Mie Ayam Bu Tumini tetap menjadi favorit banyak orang meskipun pemiliknya, Tumini, telah meninggal dunia. Warung ini terus beroperasi dengan cabang-cabang lainnya dan tetap menjadi favorit banyak orang. Keluarga Suparman dan Tumini meneruskan warisan cita rasa yang telah mereka ciptakan, menjaga kualitas dan keaslian mie ayam Bu Tumini.

Warung Mie Ayam Bu Tumini menjadi semakin populer dan dikenal di luar kota. Banyak wisatawan yang datang ke Yogyakarta sengaja mencari warung ini untuk menikmati mie ayam yang lezat dan mengingat kenangan masa lalu. Selain itu, ulasan positif dari pengunjung yang telah mencicipi mie ayam Bu Tumini juga turut membantu memperluas reputasinya.

Dalam beberapa tahun terakhir, warung Mie Ayam Bu Tumini mulai berekspansi dengan membuka cabang-cabang baru di berbagai daerah di Indonesia. Hal ini memungkinkan lebih banyak orang untuk menikmati mie ayam Bu Tumini tanpa harus datang ke Yogyakarta. Meskipun telah ada cabang-cabang baru, warung di utara pintu masuk Terminal Giwangan tetap menjadi lokasi yang paling ikonik dan menjadi tempat asli di mana cita rasa Mie Ayam Bu Tumini bermula.

Selain cabang-cabang yang dibuka, Mie Ayam Bu Tumini juga memperluas layanan dengan menyediakan layanan pesan antar dan menjual produk mie ayam dalam kemasan siap saji. Hal ini memudahkan pelanggan untuk menikmati mie ayam Bu Tumini di rumah atau tempat lainnya.

Keberhasilan Mie Ayam Bu Tumini tidak hanya berkat cita rasa yang khas, tetapi juga konsistensi dalam menjaga kualitas. Resep dan teknik memasak yang diperoleh dari pengalaman keluarga Suparman dan Tumini dijaga dengan baik, sehingga setiap porsi mie ayam yang disajikan memiliki rasa yang sama enaknya seperti dulu.

Warung Mie Ayam Bu Tumini juga tetap mempertahankan suasana sederhana dan ramah seperti saat pertama kali didirikan. Pelanggan dapat menikmati mie ayam dengan santai di meja sederhana, bergabung dengan kerumunan yang ramai, dan berbincang dengan pemilik warung yang hangat dan ramah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun