Seperti tahun-tahun sebelumnya, Pondok Pesantren Al-Munawwir Komplek Q Krapyak Yogyakarta mengadakan PKR atau Program Khusus Ramadhan. Di kalangan santri, program ini sering disebut dengan istilah ngaji kilatan.
Sesuai dengan namanya, program ini dilaksanakan khusus pada Bulan Ramadan. Berbeda dengan aktivitas di bulan selain Ramadan, program ini berisikan berbagai kegiatan yang disusun sedemikian rupa oleh panitia sehingga para santri dapat memaksimalkan kualitas aktivitas ibadahnya demi meraih sebanyak mungkin berkah Bulan Ramadan.
Diketuai oleh Nala Ikfina Utami, PKR tahun ini mengambil tema 'Puasaku Totalitas, Ramadanku Berkualitas, Bandonganku Tuntas.'Â
Sesuai dengan temanya, terdapat begitu banyak agenda yang dapat meningkatkan kualitas puasa dan ibadah para santri. Apa aja sih? Yuk, kepoin!
1.Ziarah ke Makam Masyayikh
Apalah arti santri tanpa mengenal para Masyayikh dan Murobbi. Pondok Pesantren Al-Munawwir yang kini dikenal seantero Nusantara dengan santri dari seluruh penjuru negeri tentunya tak terlepas dari perjuangan para masyayikh dan murobbi atau para guru besar.
KH Muhammad Munawwir bin Abdillah Rosyad, KH Ali Maksum, KH Zainal Abidin Munawwir, KH Ahmad Warson Munawwir, dan begitu banyak masyayikh lainnya yang telah begitu berjasa dalam mendirikan dan membesarkan pondok pesantren ini. ), KH. Attabi' Ali, KH. Muhammad Najib Abdul Qodir dan lainya dimakamkan di sana. Terdapat juga komplek pemakaman keluarga Ponpes Krapyak di Sorowajan, Panggungharjo. Di makam ini selain KH Zaenal Abidin juga dimakamkan KH R Abdul Hafidz, KH Munawwir Abul Fatah beserta lainnya
2.Ngaji Bandongan
Apalah makna santri tanpa ngaji. Mengaji sudah menjadi kultur santri sejak berabad-abad lamanya. Baik mengaji kitab, maupun mengaji Al-Qur'an. Nah, dalam PKR ini santri diagendakan untuk mengikuti ngaji secara bandongan sebanyak lima kali sehari.
Bandongan sendiri adalah sebuah sistem pengajian dimana seluruh santri dikumpulkan dalam satu aula besar dengan seorang guru atau ustaz, ustazah sebagai pematerinya.Â
Di Komplek Q ini, kitab kuning diterjemahkan menggunakan makna jawa. Terdapat beberapa keistimewaan tentang pemaknaan kitab menggunakan Bahasa Jawa ini. Selain Bahasa Jawa merupakan bahasa daerah yang digunakan di Krapyak, Bahasa Jawa juga merupakan bahasa mayoritas santri di sini. Dibanding menggunakan Bahasa Indonesia, penggunaan makna Jawa disamping menerjemahkan teks kitab perkata dari Bahasa Arab, juga sekaligus menuliskan kaidah nahwu dan shorof-nya. Atau dalam istilah kerennya, grammar-nya bahasa Arab.
Adapun jadwal ngaji lima kali sehari ini mengkaji 12 (dua belas) kitab karangan para ulama'. Diantaranya Mafahim Yajibu an Tushohhah karangan Sayyid Muhammad bin Alawy Al-Malikiy Makkah, Â Mukhtashor Ihya' 'Ulumuddin karangan Hujjatul Islam Imam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghazaliy Kitabusshiyam karangan KH Zainal Abidin Munawwir Krapyak, Jawahirul Bukhori karangan Imam Al-Bukhori, dan masih banyak lainnya.
Seperti halnya pembelajaran di sekolah-sekolah atau dunia perkuliahan, dalam ngaji bandongan juga terdapat para pengampu favorit. Diantaranya ada Gus Faik Muhammad, Gus Izbik Muhammad, Ibu Alfiyatuz Zuhriyah, Gus Ahmad Reziq Vaihaq, dan para pengampu yang lainnya.
"Beliau kalau menerangkan suka sambil bercerita. Bikin yang melek semakin melek, tapi yang ngantuk semakin ngantuk. Hahaha." Ujar Mbak Alifah.