Mohon tunggu...
Hafiz Hasibuan
Hafiz Hasibuan Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Filsafat Islam

Tinggal di Iran sambil studi

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Dari Shalat Menyembah Tuhan Yang Tiada Hingga Melangkah Tanpa Masa Depan

21 September 2014   09:39 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:03 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Saya pernah menjadi penerjemah untuk anggota DPR RI KOMISI VIII di Iran. Mereka datang untuk studi banding masalah haji. Ternyata haji di Iran lebih baik pengelolaannya di Arab Saudi. Walaupun Indonesia mendapatkan jatah kuota yang paling banyak tetapi iran jauh lebih banyak jika berbanding dengan jumlah penduduknya. Di Iran dari penduduk muslim tujuh puluh juta tetapi kuotanya lebih dari seratus ribu jamaah dalam tiap tahun. Luar biasakan?

Ketika lagi ngobrol-ngobrol dengan sebagian mereka saya katakan “kemajuan iran karena ideologi mereka. Masyarakat islam di Iran mayoritas bermazhab syiah imam dua belas. Mereka meyakini suatu hari imam mahdi akan muncul. Karena syiah meyakini setiap zaman ada imam. Tetapi imam kedua belas di ghaibkan, nah sekarang mereka sedang berbuat kebaikan-kebaikan yang seutuhnya untuk membantu kemunculan imamnya, ketika imam mahdi zuhur nanti, maka kebaikan akan menang dan imam dua belas yang terakhir akan meraih apa yang dijanjikan. Di indosesia, umat islam juga meyakini kelahiran imam mahdi, saya katakana muslim Indonesia meyakini sama seperti muslim iran ketika imam mahdi lahir pasti akan memenangkan kebaikan sehingga keadilan dapat menyinari dunia ini, tapi bagai mana supaya imam mahdi bisa lahir? Maka kita harus membantunya dengan kebaikan yang total pula. Karena percuma dia lahir kalau kejahatan akan membunuhnya. Kalau di iran membantu untuk ke zuhuran, maka di Indonesia membantu untuk melahirkan. Nah kalau itu bisa dilakukan maka kita akan bisa maju. Juga jika orang-orang Indonesia sudah baik-baik maka sunni dan syiah yang selalu bertentangan juga akan damai, karena mendahulukan hal yang baik-baik dari pada hal yang negatif”. Ada yang menyautsatu dari mereka “bagaimana mungkin orang bisa kebaikan yang seutuhnya” saya diam tidak tahu mau bilang apa. Padahal mereka adalah perwakilan rakyat Indonesia yang mestinya harus mampu memahami dan menerapkan kebaikan yang seutuhnya untuk menjaga amanah dari rakyat Indonesia yang mayoritas islam dengan harapan keselamatan dunia dan akhirat.

Saya berpikir lagi kalau perwakilan rakyat kita di Dpr jangankan memikirkan kelahiran imam mahdi untuk memimpin kebaikan tetapi menghadirkan Tuhan dalam shalatnya saja mereka tidak mampu. Saya yakin mereka shalat. tetapi shalat mereka tidak mampu mengeluarkan mereka dari perbuatan keji dan mungkar. Mereka tidak mampu menghadirkan Tuhan didalam diri mereka, Padahal Tuhanlah yang mengawasi setiap perbuatan mereka. Sehingga mereka lupa kalau didalam sujud mereka ada penyembahan dan penyerahan diri. Ketika mereka setiap hari mengulangi dalam keseharian mereka maka mereka akan menjadi diri yang selalu menghambakan diri.

Seperti kata ali bin abi thalib :

Jagalah pikiranmu, karena akan menjadi ucapan.

Jagalah ucapanmu karena akan menjadi perbuatan.

Jagalah perbuatanmu karena akan menjadi kebiasaan.

Jagalah kebiasaan karena akan menjadi kediria.

Maka tidak salah jika Tuhan bersabda :

Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat,(yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya.” (QS. al-Maun 4-5)

Shalat adalah kekinian, sehingga orang yang shalat di kesehariannya akan menjadikannya mampu untuk melakukan kebaikan yang total. Sedangkan keyakinan akan kezuhuran imam mahdi atau kelahiran beliau adalaah harapan untuk terciptanya keadilan yang mampu mensejahterakan kemanusiaan didunia dan mengarahkan manusia untuk selamat diakhirat kelak. Kehadiran beliau tidak lain dan tidak bukan untuk memimpin atas setiap kebaikan yang telah kita lakukan. Jika tidak ada kebaikan maka beliau akan menunggu dan terus menunggu. Tetapi tuhan telah menjanjikan akan mewariskan bumi untuk kebaikan.

Semoga Indonesia sebagai sebuah bangsa kedepan tidak hanya menjadikan ideologi dan keyakinan sebagai bahan beretorika, tetapi mampu menunjukkan pengaruh dari implementasinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun