Terhenyak mendengar arogansi seorang Pejabat Publik, yang merupakan panutan dan salah satu Putra Terbaik daerah tersebut melakukan suatu perbuatan yang tercela. Mementingkan kepentingan pribadinya (blokade bandara karena tidak dapat tiket pesawat) dengan keselamatan umum (penumpang pesawat). Menurut kabar (katanya) sudah diselesaikan hari itu juga dengan menyampaikan permohonan maaf kepada maskapai dan otoritas bandara. Memang orang Indonesia dikenal dengan sifat pemaafnya. Tapi kalau boleh kita berandai2 (semoga jangan sampai PERNAH terjadi), pada saat  pesawat Merpati rute penerbangan Kupang-Bajawa yang mengangkut 54 orang penumpang mengalami masalah teknis (kerusakan mesin atau lainnya) sehingga harus mendarat secara darurat, namun pesawat tidak dapat mendarat karena ada aktivitas dilandasan diluar kepentingan penrbangan (blokade oleh seorang yang katanya PEMIMPIN), sehingga pesawat itu jatuh.....(bagaimana pertimbangan satu kursi dibandingkan dengan 54 jiwa yang menjadi korban)?? Semoga menjadi renungan bagi "BAPAK PEMIMPIN (Bupati Ngada)" seandainya membaca tulisan ini. Mungkin maaf masih pantas kita berikan untuk mengakui kesalahan , tapi kesalahan fatal dengan mengorbankan keselamatan orang banyak perlu adanya penindakan secara HUKUM.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H