Hari ini, 9 April 2017, Finlandia mengadakan pemilu serentak untuk memilih perwakilan di tingkat municipality. Kegiatan ini berlangsung setiap 4 tahun sekali dan pemilihnya adalah semua orang yang tinggal di Finlandia secara permanen atau mendapatkan ijin tinggal tipe A. Dengan demikian, pemilihnya bisa berasal dari negara lain, selama memenuhi salah satu dari dua syarat di atas.
Beberapa bulan yang lalu, saya menerima surat dari Maistratti, semacam kantor catatan sipil, bahwa saya bisa mengikuti ajang 'pilkada' ini. Awalnya cukup kaget karena saya berpikir bahwa pemilihnya adalah warga negara Finlandia, ternyata tidak. Intinya, pemilih adalah orang yang sedang menetap di daerah situ.
Membandingkan hiruk pikuk kampanye di Indonesia - mumpung pas juga sedang Pilkada serentak - dengan di Finlandia ada perbedaan yang menarik. Cara memilihnya juga menarik untuk disimak. Seperti apa perbedaannya?
Lokasi kampanye
Kalau di Oulu, kota tempat saya tinggal, lokasi kampanye biasanya di sebuah square yang dinamakan Rotuaari yang terletak di pusat kota. Lokasi ini memang dirancang untuk tempat mengadakan acara umum, seperti lomba, pentas seni, kampanye, bahkan demonstrasi.
Saya tidak menemikan model kampanye di stadion dengan konsep rapat akbar atau semacam itu. Kampanye dilakukan dengan cara bertemu pemilih secara langsung atau menggunakan web. Di Rotuaari inilah dibangun stan untuk setiap partai yang dilengkapi dengan berbagai atribut dan pernak perniknya, termasuk beberapa jenis makanan.
Pernak pernik kampanye
Seperti halnya pemilu, kampanye merupakan bagian yang tak terpisahkan. Model kampanye yang dilakukan ada yang sama dengan di Indonesia, tetapi juga ada yang berbeda. Yah... bukankah perbedaan itu muncul sebagai bentuk dari variasi?
Pernak pernik kampanye sedikit berbeda karena lebih sederhana. Salah satu yang paling umum adalah memberikan kartu nama yang ditempeli dengan permen. Jadi dalam kartu nama tersebut tercantum nama dan nomor yang bersangkutan berikut nama partai pengusunya. Kartu seperti ini dibagikan oleh si pemilik atau oleh semacam relawan pendukungnya. Mirip dengan Indonesia ya!
Selain kartu nama yang diberi permen, media lain yang digunakan adalah pocket tissue, korek api, tanda parkir, bunga, buah, pin, scarf, bolpoin, dkk. Intinya tergantung kreativitas, bahkan tahun ini ada yang membagikan ember. Ember??? Ya! Ember! Aneh? Mungkin, tetapi orang di sini menggunakan ember untuk mengumpulkan berry di hutan. Semoga saya ingat untuk berbagi kisah tentang memetika berry secara bebas di hutan.