Musim semi, yang secara resmi dimulai sekitar 21 Maret setiap tahunnya, identik dengan alam yang serba hijau dan dihiasi dengan beraneka ragam bunga yang bermekaran. Burung berkicau riang menyambut kehangatan sinar mentari yang menyapa dunia dengan cahaya keemasannya. Dengan latar belakang langit yang biru berhiaskan awan, pemandangan terasa sangat menyejukkan mata.Â
Gambaran di atas hanya bisa terjadi di negara empat musim dengan posisi Lintang Utara (LU) atau Lintang Selatan (LS) yang tidak terlalu tinggi (nilai tertinggi 90, dan lingkaran kutub di 66.5). Lalu, bagaimana musim semi daerah dengan lingkaran kutub? Berikut laporan perjalanan saya menjelajahi Ranua pada tanggal 22 April (sebulan setelah musim semi secara resmi dimulai), sebuah daerah di Finlandia di sekitar 66 LU.
Sejauh mata memandang, hamparan putih menutupi rerumputan di sana. Suasananya lebih cenderung musim dingin daripada musim semi karena salju masih menumpuk disertai pohon yang masih belum berdaun, kecuali pohon pinus yang memang tidak mengalami masa rontok. Suhu masih berkutat di kisaran 0 dengan angin yang berhembus lembut menambah 'sensasi' dingin menjadi-jadi. Memang matahari bersinar dengan kuatnya seperti terlihat pada gambar di atas. Bahkan langit pun menampakkan sesuatu yang cerah dan bersahabat. Namun, persepsi musim dingin masih kuat sekali di tempat ini.
Tempat yang saya kunjungi merupakan kebun binatang khusus hewan daerah utara. Dinamakan Ranua Wildlife Park (http://english.ranuazoo.com/), mengambil nama daerah yang sesungguhnya, kebun binatang ini menawarkan sensasi berjalan menelusuri hutan yang sudah dipagari kiri dan kanannya sambil menikmati berbagai macam hewan. Dengan logo berbentuk huruf R yang menyerupai kepala beruang kutub, Ranua memang menyediakan tempat khusus bagi beruang yang memang tinggal di daerah kutub utara ini.
![ranua2-jpg-58fc4399ca23bd0139bd1c07.jpg](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/04/23/ranua2-jpg-58fc4399ca23bd0139bd1c07.jpg?t=o&v=770)
![(Dok. pribadi)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/04/23/ranua3-jpg-58fc451c83afbd27059a2b95.jpg?t=o&v=770)
Pengunjung tidak akan tersesat tatkala mengunjungi taman ini karena sudah disediakan trek beralas kayu dan dipagari kiri dan kanannya. Saat kunjungan saya, trek beralas kayu itu masih tertutup dengan hamparan es, salju dan kerikil. Tanda peringatan untuk berhati-hati terlihat dimana-mana untuk mengingatkan pengunjung untuk menjaga diri saat mengunjungi Ranua Zoo. Kerikil kecil memang disebar untuk membuat trek yang tertutup es tidak lagi licin.Â
![(Dok. pribadi)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/04/23/ranua4-jpg-58fc4735737e61221a7b3e84.jpg?t=o&v=770)
Burung hantu (saya juga agak bingung dengan istilah ini, apakah karena suaranya ya?) atau OWL yang biasanya kita temui berwarna coklat, tetapi salah satu koleksi burung hantu di sini berwarna putih. Burung hantu yang dalam bahasa lokal disebut dengan pöllö ini berwarna putih sehingga memberikan kamuflase yang luar biasa dengan lingkungannya.
![(Dok. pribadi)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/04/23/ranua5-jpg-58fc48571097733c71380f4e.jpg?t=o&v=770)
![(Dok. pribadi)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/04/23/ranua6-jpg-58fc498aca23bd3a37bd1c09.jpg?t=o&v=770)