Mohon tunggu...
Hany Ferdinando
Hany Ferdinando Mohon Tunggu... Ilmuwan - Penikmat buku dan musik yang suka tentang teknologi, psikologi, pendidikan, flora dan fauna, kebudayaan, dan hubungan antar manusia.

Belajar menulis dengan membaca, belajar kritis dengan menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pendidikan Bukan Satu-satunya Kunci Meraih SDM Berkualitas

2 Agustus 2019   17:19 Diperbarui: 2 Agustus 2019   17:28 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://kilasparlemen.kompas.com

Hari ini saya membaca berita dari kompas.com terkait dengan pernyataan Anggota MPR RI fraksi Golkar, Hetifah Sjaifudian yang mengatakan bahwa pendidikan adalah kunci untuk menghasilkan SDM Indonesia di era Revolusi Industri 4.0. Kepala Biro Humas Setjen MPR RI Siti Fauziah juga menyampaikan hal yang sama. 

Dalam laman berita yang sama, dituliskan bahwa pendidikan bermutu tidak bisa diraih tanpa dukungan sarana dan prasarana yang memadai dengan tenaga pendidik yang bermutu. Beberapa hal yang telah dilakukan pemerintah adalah memberikan pelatihan guru dan dukungan akreditasi pendidikan. 

Saya setuju bahwa pembentukan SDM berkualitas dapat diraih dengan pendidikan yang berkualitas. Dengan ulasan yang mengarah pada sarana dan prasarana berikut dengan tenaga pendidik yang baik dan akreditasi, sepertinya ada bagian yang tertinggal. Saya khawatir nantinya para guru yang menjadi ujung tombak pendidikan akan menjadi kambing hitam kegagalan mendapatkan SDM berkualitas. 

Bukankah pemerintah telah mengadakan berbagai macam pelatihan untuk meningkatakan kualitas guru? Bukankah pemerintah telah memberikan tunjangan sertifikasi guru? Bukankah pemerintah telah memberikan penilaian terhadap sekolah melalui akreditasi? Hampir semua instrumen telah disediakan dan dilaksanakan oleh pemerintah.

Saat kegagalan sudah di depan mata, maka pemerintah bisa berkelit dengan mengatakan bahwa semua sarana dan prasarana pendidikan yang baik telah dicukupi. Guru telah mendapatkan berbagai macam penguatan melalui berbagai program yang diselenggarakan pemerintah. Di sinilah kita perlu waspada karena kemungkinan besar semua jari akan mengarah ke para pahlawan tanpa tanda jasa ini.

Keteladanan

Saya percaya bahwa sebagus apa pun sebuah pendidikan diberikan, hasilnya tidak akan maksimal tanpa ada teladan yang baik. Apa jadinya saat seorang siswa belajar di sekolah yang baik tetapi melihat kelakukan (maaf) orang tuanya yang tidak taat pada rambu lalu lintas? Apa yang ada di benak seorang siswa ketika membaca pejabat negara tertangkap korupsi?

https://pixabay.com
https://pixabay.com
Jika ukuran SDM berkualitas ditekankan pada kemampuan otak, maka itu bukanlah  sebuah kualitas yang patut dibanggakan. Dalam banyak hal, dunia kerja justru lebih menekankan pada kesehatan mental. Saya tidak bermaksud mengatakan bahwa sekolah tidak penting, tetapi ada dimensi lain yang harus diperhatikan juga.

Role model

Siswa kita perlu contoh nyata yang bisa dilihat sehari-hari. Ketika anak-anak sedang bertumbuh, biasanya mereka mencari role model yang akan dijadikan semacam panutan. Pertanyaannya adalah siapa yang dijadikan panutan yang dapat dipercaya? Orang tua menjadi salah satu kandidat kuat dalam hal ini, diikuti oleh guru di tempat kedua, ketika kita menggunakan intensitas interaksi sebagai kriterianya. Apakah ada orang lain? Ada! Public figure seperti atlet, artis, bahkan pejabat negara, masuk dalam kategori ini. Selain itu, ada juga yang memasukkan anggota keluarga. 

https://pixabay.com
https://pixabay.com
Ketika figur-figur yang dijadikan panutan ini melakukan sesuatu yang tidak pada tempatnya, maka anak-anak kita berada dalam masalah. Orang bisa berkata bahwa itu tergantung dari keimannya. Eits, tunggu dulu! Apakah itu berarti guru-guru agama akan menjadi sasaran? Ini yang patut kita waspadai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun