Resolusi Kebenaran
Para santri salah satu pesantren salaf di Kabupaten Lumajang dibuat binggung oleh kehadiran bahadur dan pak kadiman. Maklum mereka berdua merupakan tamu tidak diundang dalam acara haul sang kiai maestro di pesantren tersebut.
Selepas kabar Broadcast beredar di BBM dan Whatsapp suasana riuh menyeruak di sekitar aula, bahadur dan pak kadiman datang dengan busana menghebohkan. Pakaian Lurik Pakai blangkon layaknya sunan kalijaga, sedangkan Pak kadiman berbusana serba putih layaknya sang guru; Sunan Bonang.Â
" Sampeyan siapa? " tanya abdi ndalem pesantren dengan tergopoh-gopoh.
" Kita berdua adalah Wali " serentak kompak jawab pak kadiman dan bahadur.
" haaaaa... mari bertemu kiai kami " ajak abdi ndalem kepada mereka berdua.
" Assalamualaikum pak kiai, maaf merepotkan kegiatannya. Saya kebetulan mampir, sembari ingin melihat kondisi pak kiai saat ini. Sudah lama tidak bertemu, saya kangen pak kiai." Sahut bahadur kaget melihat pak kiai yang semakin sepuh.
" Walaikumsalam.. dur, man, ada-ada kamu ini ngerjain santri saya. Pakai ngaku Wali , hehehe " canda Kiai pesantren tersebut.
" Gini pak Kiai, sekarang masyarakat sedang dihancurkan pemahamannya tentang kesakralan sebuah makom derajat keistimewaan menjadi manusia." Sahut pak kadiman.
" Maksud kamu?" tanya Kiai.
" Kalau dahulu pak Kiai mengajarkan tentang kita harus ngirim fatihah kepada para Wali, sekarang nama Wali identik dengan sebuah Grup Band Musik, hancur dah. Wali Songo sudah kalah populer di Google dan TV, makanya mendingan kita berdua kan yang dianggap Wali. " Keluh kesah bahadur.