Mohon tunggu...
Hawin Fizi Balaghoni
Hawin Fizi Balaghoni Mohon Tunggu... Aktivis Kemanusiaan -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Alumni Universitas Negeri Surabaya. Pedagang Kecil dari Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Menulis Menjadi Hobi - Traveler - Marketing.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Ontologi Mahasenduro Part 8

21 Juli 2018   10:24 Diperbarui: 21 Juli 2018   10:50 511
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Misteri Yang Sebenarnya

Setiap hari ketika menonton TV, tidak pernah ada yang menayangkan pemaknaan misteri selain acara hantu-hantuan. Padahal Kata misteri memiliki definisi yang tidak terbatas dengan hal itu saja. Misteri dekat sesuatu yang tidak tampak padahal kenyataannya ada. Bisa jadi misteri itu keluarga dekat dengan kata cinta. Maka saya percaya Misteri akan selalu lebih menarik daripada kenyataan yang ada. 

Sebab misteri dapat dikaitkan dengan apa saja, layaknya cara pandang kita akan kebenaran yang nyatanya itu juga misteri kebenaran. Salah satu yang dapat meloloskan diri dari misteri adalah bermasyarakat. Sebab dalam pemahaman saya ketika Tuhan pertama kali menciptakan mahluknya, disana tentu ada pola bermasyarakat. 

Contohnya Cahaya Nabi Muhammad yang menentramkan masyarakat malaikat di Surga, dll. Jadi sejak itu sampai saat ini, bermasyarakat masih ada. Lha Kapan-kapan kalau sudah dekat banget dengan kiamat sudah akan hilang yang namanya bermasyarakat.

Kehidupan manusia selalu melewati anomali untuk menuju bermasyarakat yang paling bagus (tanpa ada keraguan lagi). Belum pernah ditemukan saat-saat seperti itu, Sebab Selalu ada Masalah-masalah dalam bermasyarakat di dunia ini. Sampai pada akhirnya turun Ayat-Ayat Tuhan untuk menunjukkan jalan bermasyarakat yang bagus pun itu masih saja terjadi kasus-kasus yang selalu terulang-ulang. 

Pola bermasyarakat itu ada fenomena baru di zaman ini. Yaitu Bermasyarakat di Sosial Media, seperti Facebook, Twitter, Instagram, dll. Sehingga keakraban seseorang juga ada ruang-ruang untuk bersosialita di dunia maya. Kapan-kapan kita akan menemukan berbagai gaya baru dalam bermasyarakat. Sementara Kita tidak pernah Puas menciptakan yang baru tanpa ingin menguatkan yang sudah ada. 

Kini Dunia Maya telah nyata adanya, bukan sebuah misteri lagi. Seindah itukah hidup ini? Sampai bermasyarakat pun kini ada di alam maya. Tidak mudah mengilhami itu sebagai anugrah, Yang menjadi kekhawatiran saya di kemudian hari, kita cenderung untuk lebih aktif bermasyarakat di dunia maya daripada dunia nyata. Sebab ibarat Pisau, dunia maya juga tergantung niat siapa penggunanya. Kalau kita berniat baik, maka pisau itu akan punya banyak manfaat. Atau juga sebaliknya.

Lalu timbul pertanyaan dibenak saya? Kalau Ke-Maya-an sudah menjadi Ke-Nyata-an, apalagi yang sebenarnya menjadi misteri hidup ini?. Jawaban yang tepat adalah saatnya kita mewujudkan pemaknaan diri kita sebagai mahluk terbaik ciptaan Tuhan. Inilah misteri yang harusnya kita buat Nyata saat ini. Gairah untuk itu harus ada di hati kita, sehingga ketika kita dipanggil oleh cahaya pencipta, kita sudah siap untuk menjadi mahluk ciptaan andalan-Nya. 

Sebab tidak mungkin ketika Tuhan berfirman dalam Alquran Surah At-tin ayat 4 Laqod Kholaqna Insanaa Fii Ahsani Taqwiim "sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya" itu tanpa sesuatu yang dapat dicapai oleh manusia itu sendiri. Dari itu, kita akan kembali kepada-Nya dan dapat memaknai kehidupan yang sebenarnya. Innalillahiwainnailaihirojiun. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun