Dunia maya menjadi ajang saling sindir para pendukung Calon Bupati. Kadang juga ada yang akrab-akraban untuk saling menyapa dikalangan masyarakat. Utamanya bahasan pas cangkruk an plus nyruput kopi di warung. Artinya lini grassroot masyarakat sudah paham betul siapa calon bupati yang menjadi pilihan.
Upaya Kampanye nampak sangat maksimal, mulai penyebaran banner, pamflet, sampai stiker yang ditempelkan di rumah warga. Ada juga yang fokus penyebaran informasinya lewat Akun Sosial Media. Semakin kuat generasi muda dilibatkan akan terasa gaya persuasifnya. Teori Srikandi masih berlaku, bahwa yang cantik yang hitz sangat cocok dijadikan timses. Mata Kamera sangat peka menangkap keindahan dari para paras cantik untuk melambungkan postingan. Tidak heran likenya akan banyak, meskipun sebenarnya postingannya relatif terkesan biasa-biasa saja.
Melewati Bulan Ramadhan, yang jelas aktivitas sedekah dan amal sholeh lainnya mulai nampak lebih banyak. Masyarakat mendapat manfaat di banyak titik para timses paslon beradu simpatik. Lampu merah, Pasar, serta fasilitas ramai pengunjung menjadi lokasinya. Biasanya Koas menjadi identitas kemana arah politik dari seseorang.
Akan yang diupayakan, hitung-hitungannya akan semakin jelas basis massa pendukung nantinya. Sebab dekat masa pemilihan, maka para calon pemilih tentu semakin terbentuk sudut pandang baik kepada calon pilihannya.Â
Apakah semakin sedikit orang yang tidak tertebak?, saya pikir tidak !!. Menariknya pilkada di Kabupaten Lumajang akan tetap tidak tertebak. Sebab Masyarakat tidak banyak maunya selain kepastian dari keyakinan siapa yang berani "out of the box". Berani melompat dari gaya berfikir pada umumnya. Tidak cukup berfikir berani menang dan kalah saja. Mungkin jalan keluarnya ada, maka harus "out of the box" dari perumpamaan jika ingin membuat orang lain senang cukuplah beri Roti dan Sirkus.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H