Mohon tunggu...
Aluisia Prita
Aluisia Prita Mohon Tunggu... -

Aluisia Prita Parahita :) SMA KOLESE LOYOLA - AMDG - COMPETENCE, COMPASSION, CONSCIENCE

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Sinetron Kamseupay

4 Juli 2012   03:26 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:18 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semenjak liburan sekolah ini, saya selalu mempunyai aktivitas setiap hari yang tidak pernah saya tinggalkan, yaitu menonton TV. Tapi, saya heran. Setiap sore sampai malam, ada sinetron-sineron yang diputar di beberapa televisi swasta yang intinya itu SAMA. Yaitu rasa iri dengki, permusuhan, dan gaya-gayaan.

Parahnya lagi, sinetron-sinetron itu mengambil latar sekolah. Di mana sekolah pada awalnya adalah digunakan untuk proses belajar mengajar. Tetapi, di dalam sinetron tersebut, sekolah sudah tidak dipandang sebagai tempat kita untuk menimba ilmu, tetapi tempat untuk memupuk permusuhan.

Kebingungan saya terhadap sinetron belum terjawab. Ketika saya melikhat tokoh-tokoh guru-nya yang juga tidak mendidik murid-muridnya untuk berperilaku baik, dan guru-guru itu malah menjadi penyebab dan "kompor" bagi para siswa. Bila dibandingkan dengan guru "real" apakah itu ada ?

Saya sebagai penonton sangat kecewa, karena pendidikan hanya digunakan sebagai formalitas di dalam sinetron. Itu sungguh mencoreng pendidikan. Dan, sinetron itu malah mengajarkan anak untuk berbuat seperti yang ada di sinetron tersebut.
Apakah sinetron tidak di-seleksi ? Apakah tidak ada sinetron yang bisa mendidik anak supaya lebih maju ? Bukan malah menghancurkan dan menjebloskan anak-anak ke dunia yang sebenarnya tidak mereka kenal.

Menurut saya, SEKOLAH DALAM SINETRON ITU PERLU DIHAPUSKAN !
Karena itu sangat tidak mendidik, apalagi yang soundtrack sinetronnya pun sudah tidak mendukung.

Jangan dekat-dekat denganku
Karena kamu bukan level-ku
Kita beda kasta, beda segalanya

Jangan mimpi saingi aku
Kalau kamu masih punya malu
Modal dengkul aja, gak ada harganya

Seharusnya KPI pun bertindak. Tetapi mengapa malah film atau sinetron yang menurut saya bagus malah dihilangakan ? Memang terjadi ke-tidak-adilan. Kalo lembaga perfilman memang sungguh orang bijak, seharusnya sinetron yang seperti itu perlu ditindaklanjuti.

"Sekolah Sinetron memang sangaaaaaaaaaaaaaaat beda dengan sekolah real pada intinya"

Mau jadi apa bangsa Indonesia, kalo anak-anaknya saja sudah dijejali dengan doktrin yang sudah sangat payah sekali.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun