Mohon tunggu...
Rheina Jelita Adristy
Rheina Jelita Adristy Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Universitas Sebelas Maret Surakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mahasiswa KKN UNS Gandeng Ibu-Ibu Desa Pundungrejo dalam Pelatihan Ecoprint

6 Maret 2023   08:08 Diperbarui: 6 Maret 2023   08:36 497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: dokumentasi pribadi

SUKOHARJO - Mahasiswa KKN Universitas Sebelas Maret (UNS) menggandeng ibu-ibu Desa Pundungrejo dalam rangka pelatihan menghias tote bag dengan teknik ecoprint. Kegiatan tersebut dilakukan oleh tim mahasiswa KKN UNS bersamaan dengan acara arisan rutin ibu-ibu RT 02/RW 07 Dukuh Banaran yang berlangsung selama kurang lebih satu jam pada hari Minggu (19/02/2023).

Ecoprint merupakan sebuah teknik kegiatan atau proses mentransfer pigmen warna daun (klorofil) dan bentuk atau pola daun ke kain melalui kontak langsung. Kegiatan pelatihan ecoprint ini menggunakan metode pounding atau pukul yang dilakukan dengan cara memukulkan daun atau bunga di atas tote bag menggunakan palu.

Metode pounding ini ibarat mencetak motif daun pada kain. Palu dipukulkan pada daun yang telah diletakkan di atas kain yang ditutup dengan plastik untuk mengekstrak pigmen warna.

Icha selaku ketua pelaksana menjelaskan bahwa pelatihan ecoprint ini dilakukan karena timnya melihat adanya potensi alam di Desa Pundungrejo, yaitu terdapat banyak tanaman yang dapat dimanfaatkan untuk kerajinan berbahan dasar alami.

"Desa ini (Pundungrejo) sebenarnya mempunyai sumber daya alam yang melimpah, maka dari itu pembuatan kerajinan dari daun-daunan dan bunga sangat mungkin dilakukan karena bahan-bahan yang mudah ditemukan.", ujar Icha.

Hal pertama yang harus dilakukan dalam pembuatan tote bag ecoprint ini adalah menyiapkan daun dan bunga sebagai motif dan pewarna alami pada tote bag, kemudian menyusun daun dan bunga di atas permukaan tote bag yang telah dilapisi oleh plastik bening.

"Jadi awalnya itu harus menyiapkan daun-daun atau bunga yang ingin dijadikan sebagai motif terlebih dahulu. Selain sebagai motif, daun ini juga berfungsi sebagai pewarna alami", jelas ketua pelaksana itu.

Langkah selanjutnya adalah memukul daun dan bunga dengan pelan dan merata menggunakan palu agar warnanya dapat berpindah ke tote bag. Setelah itu, tote bag direndam dengan larutan air tawas dan kemudian dijemur hingga kering.

Sumber: dokumentasi pribadi
Sumber: dokumentasi pribadi

"Tote bag yang sudah selesai dihias kemudian direndam dengan larutan air tawas agar pas dicuci dengan deterjen nanti pigmen daunnya tidak luntur", jelas Icha.

Salah satu peserta pelatihan ecoprint, Sri (35) mengungkapkan, kerajinan dengan metode ecoprint ini merupakan trobosan baru yang memiliki peluang untuk diperjualbelikan. Bahan yang dibutuhkan juga mudah didapat karena banyak pepohonan dan bunga di sekitar rumah. Selain itu, modal yang dikeluarkan juga tidak banyak. Sri berharap kegiatan ini dapat membuahkan hasil yang baik di kemudian hari.

"Saya baru tau metode ecoprint ini, caranya mudah dan bahannya mudah dicari. Ga butuh banyak modal, cuma emang butuh tenaga lebih aja buat mukulnya. Tote bag ini layak untuk dijual karena hasilnya yang unik", ujar Sri.

Icha beserta timnya berharap agar dari pelatihan ecoprint ini bukan hanya dijadikan sebagai hobi untuk mengisi waktu luang saja, melainkan juga dapat bermanfaat untuk menunjang perekonomian mereka.

"Ya harapan kami dari diadakannya pelatihan ini semoga dapat menjadi inspirasi bagi peserta dalam mencari alternatif penghasilan untuk meningkatkan perekonomiannya", pungkasnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun