Belajar Bagaimana Cara Mengajar
Apa jawabanya jika ada seseorang bertanya apakah anda ingin menjadi driver atau passenger?”.Driver” adalah sebuah sikap hidup yang membedakan dirinya dengan “passenger”. Anda tinggal memilih, ingin duduk manis, menjadi penumpang di belakang, atau mengambil resiko sebagai driver di depan?Di belakang, anda boleh duduk sambil ngobrol, makan-makan, bercanda, bahkan ngantuk dan tertidur. Anda juga tak harus tahu jalan, tak perlu memikirkan keadaan lalu lintas, dan tak perlu merawat kendaraan. Enak, bukan?
Sebaliknya, driver bisa hidup dimana pun mereka berada, dan selalu menumbuhkan harapan. Bila seorang “passenger” menjadi kerdil karena terbelenggu oleh setting-an otak yang tetap, maka seorang driver akan selalu tumbuh. Mereka mengajak orangnya untuk berkembang dan keluar dari tradisi lama menuju tanah harapan. Mereka melakukan pembaharuan-pembaharuan dan menantang keterkungkungan dengan penuh keberanian. Mereka berinisiatif memulai perubahan tanpa ada yang memerintahkan namun tetap rendah hati dan kaya empati (Self Driving:Menjadi Driver atau Passenger, Rhenal Kasali, 2014).
Kutipan dari buku Rhenald Kasali terbaru (September 2014) sengaja saya tampilkan sebagai pemantik kesadaran betapa besarnya pengaruh seorang pendidik bagi keberlangsungan kehidupan suatu bangsa. Dari tangan pendidiklah lahir tunas-tunas bangsa. Dari tangan pendidiklah lahir semangat dan keajaiban-keajaiban baru yang mewarnai perjalan bangsa kedepannya. Akankah perubahan lahir dari seorang pendidik yang hanya menjadi ”passenger “ semata?. Yang hanya bisa mengekor dan berada pada zona nyaman semata?
Pendidik harus terus tumbuh. Pendidik harus mampu menebarkan virus untuk maju dan selalu menjadikan belajar sebagai bagaian tak terpisahkan dari kehidupan dan aktifitasnya. Untuk bisa tumbuh, pendidik harus mau keluar dari zona nyaman yang selama ini membelenggunya. Merasa puas dengan apa yang didapat dan dilakukannya selama ini adalah salah satu penyakit yang perlahan namun pasti akan memundurkan kemajuan sang pendidik.
Pembelajaran reflektif sebagai bagian tidak terpisahkan dalam menumbuhkan kesadaran untuk terus belajar, memiliki peran yang sangat krusial bagi keberhasilan pembelajaran di kelas. Sikap terbuka terhadap kritik dan masukan bagi perbaikan pembelajaran harus dipandang sebagai proses belajar menuju pendidik yang berkualitas. Keengganan guru untuk membuka kelasnya dan menerima masukan bagi perbaikan pembelajarannya dirasa menjadi penghalang bagi kemajuan dan pertumbuhan kemampuan membelajarkan anak didiknya.
Hari ini, saya belajar untuk memulai menggeser mind set bahwa pendidik can not do wrong! Pendidik bukanlah satu-satunya penentu keberhasilan pendidikan seseorang, namun, jika pendidik tidak mampu memantik api belajar siswa (ignite the fire of learning )kehadirannya di kelas tidak akan membawa dampak yang luar biasa. Konon, dari sejumlah orang yang menekuni profesi tertentu, hanya kurang dari 2 % yang benar-benar serius mengembangkan dirinya. Yang lain terperangkap dalam mentalitas penumpang yang memilih untuk menunggu. Semoga saya bisa belajar dan tumbuh lebih baik menuju sekolah harapan. Bisa menjadi driver, dan tidak hanya menjadi passenger semata.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI