Mohon tunggu...
Heriyanto Nurcahyo
Heriyanto Nurcahyo Mohon Tunggu... Guru - Guru Penulis

Berbagi untuk menjadi lebih

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Guru Miskin

17 Februari 2016   11:06 Diperbarui: 17 Februari 2016   11:56 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

MISKIN KREATIFITAS
(Whiteboard Stories 29)

Pernahkah anda bertanya pada diri anda sendiri mengapa banyak kelas yang kosong? Mengapakah banyak jam efektif yang musnah sia-sia? Mengapakah saat mereka harusnya belajar justru sebaliknya, mengapa ? tanya kenapa!!!
Kita, sebagai pendidik, pasti pernah meninggalkan kelas dengan hanya meninggalkan selembar tugas, bukan? Tentu terdapat alasan yang rasional dibalik tugas itu: urusan dinas, sakit dan atau sejenisnya.Namun apa jadinyakalau meninggalkan tugas tanpa sebab yang jelas? Bisa jadi kebiasaan itu wujud karakter dan kinerja kita yang buruk. Namun tidak menutup kemungkinan berlarinya kita dari ruang kelas karena kemiskinan kreatifitas. Nah loh!!!
Tidak bisa dipungkiri bahwa membelajarkan anak didik butuh persiapan yang matang. Persiapan ini penting artinya untuk memastikan bahwa anak didik akan belajar. Metode dan bahan ajar dipilih agar anak didik bisa terlibat secara aktif dalam proses belajar di kelas. Disinilah kemudian kreatifitas memainkan peran pentingnya. Ketidakmampuan kita mengkolaborasikan persiapan ini melahirkan pembelajaran yang kosong dan gersang.
Pembelajaran yang gersang inilah yang saya yakini sebagai pelecut malasnya guru berlama-lama di dalam kelas. Kegersangan ini memaksa guru segera meninggalkan kelas lebih awal. Guru menyadari jika kejemuhan dan kemalasan akan menyergapnya jika berlama-lama atau berada di ruang kelas. Dia menyadari caranya membelajarkan anak itu-itu saja. Tidak ada sesuatu yang baru pun juga terbarukan. Mereka mengulang cara yang sama berkali-kali hingga menjadi bosan dan malas. Kita harus berani dan memaksa diri untuk mencoba hal-hal baru agar kemalasan dan rasa bosan di ruang kelas sedikit berkurang dari hari ke hari. Ujung dari perubahan yang kita lakukan -dari cara bagaimana kita membelajarkan anak- adalah munculnya kasmaran belajar pada anak didik kita. Semoga kita bisa menjadi perubahan di ruang-ruang kelas yang gersang ini#Semoga
 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun