Fashion tidak dapat lepas dari kehidupan manusia. Ia hadir sebagai media ekspresi batin dan buah pikiran. Seperti bola dunia, tren berputar seiring waktu. Seperti apa tren 2021?
Tiga ksatria dari Dewi Fashion Knights yang berjiwa Gaia, mother earth, bertutur tentang refleksi dari perjalanan kebatinan di awal pandemi. Perjalanan ini kemudian menjadi inspirasi untuk tren 2021.
Chitra Subiyakto membuka perjalanan dengan detak jantung dari alat pemintal benang.
Sejauh mata memandang, katun akan menjadi primadona sejak awal tahun 2021. Kenyamanan menjadi prioritas dalam berpakaian. Kembali basic, kembali ke warna putih. Metode pewarnaan akan lebih membumi. Terkait isu lingkungan, Chitra Subiyakto memfasilitasi kain-kain yang tak terpakai untuk diolah kembali menjadi helaian benang. Kemudian benang tersebut ditenun kembali menjadi kain. Upcycle, sebisa mungkin tidak meninggalkan jejak sampah.
Toton mengalirkan kisah arca Hindu -- Buddha dengan penuh makna.
Warna-warna natural terpancar untuk bergaya di tahun 2021 melalui siluet pakaian yang bernapaskan Nusantara. Kain-kain yang digunakan merupakan peninggalan dari olahan bahan produksi sebelumnya. Gunakan apa yang kita punya untuk berkreasi.
Lulu Lutfi Labibi merangkum perjalanan gaya dengan puitis.
"Sandang, hening, cipta, dan puisi" diramu dengan bahan-bahan yang telah tersedia. Warna-warna basic tergaung dalam koleksi Lulu Lutfi Labibi. "Tubuhku kenangan yang sedang menyembuhkan lukanya sendiri," disisipkan di kantong baju. Di selipan sisi kantong lainnya, muncul "Kebahagiaanku terbuat dari kesedihan yang sudah merdeka."
Diharapkan dengan perjalanan kebatinan di masa pandemik, kita belajar banyak dan berkarya dengan apa yang dimiliki.