Mohon tunggu...
Abdurrahman Hazmi
Abdurrahman Hazmi Mohon Tunggu... -

Egalitarian yg menaruh hati tepat diantara kerinduan pada themis si perempuan paling bidadari

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sampai Ajal

17 Januari 2014   14:25 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:44 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

kupinjam luka dari sepatu kaca
menusuk kakimu hatiku semburat darah
lari-lari kecil kakiku jenjang menantang telanjang
riuh gaduh kutekuk bunyi nyanyi ia terlentang
kubasuh darah jadi senyum jernih air perigi

sepanjang sayap-sayap angin berterbangan kupu-kupu
kepompong kosong kau dan aku seketika jauh pergi
dari jauh lamat-lamat saling merindui
serbuk sari jadi kelopak mekar dibuahi

katakan, apa yg dunia hendak kau senyumi
dari sekian budaya dan bahasa di dunia ini
terjemahan cinta begitu pasti

lemparlah batu di laut biru percik air perahu-perahu laju
mengalir luruh waktu hingga tenggelam senja membara jingga
panas dan dingin menghantam karat-karat logam sekarat
kayu tua aku lapuk dalam dirimu

lalu entah siapa yg menjadi ajal
izrail menjemputmu dulu
ataukah aku mati di hujani tangismu

2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun