Mohon tunggu...
Abdurrahman Hazmi
Abdurrahman Hazmi Mohon Tunggu... -

Egalitarian yg menaruh hati tepat diantara kerinduan pada themis si perempuan paling bidadari

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Penyair, Kopi dan Puisi

22 Februari 2014   02:20 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:35 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

kopi telah mengenali puisi
dari kata-kata yang meninggalkan jejak
di lingkar tepian cangkir
hingga kopi menaruh hati pada puisi
ditiap kental rasa yang memekat
memenuhi rongga inspirasi

sepanjang hari kopi terbaca
manis yang tebal atau sekedar tipis
mengaliri bibir-bibir yang mulai lembab
mereguknya lalu membait dalam puisi

puisi tak kunjung henti
karena aroma kopi telah mengikatnya
pada detik-detik yang berbekas
tersambung oleh nafas-nafas
cinta yang menghubungkan
abad-abad para penyair
menguliti hidup
dengan pisau aksara
ditiap cangkir tanpa akhir
meramu
peradaban kata-kata
lalu menguap
kesegala waktu

2014

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun