Mohon tunggu...
Hesty Wahyuningsih
Hesty Wahyuningsih Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas 'Aisyiyah Yogyakarta

Mahasiswa aktif di Universitas 'Aisyiyah Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kesehatan Mental di Tengah Pandemi Covid-19

30 Desember 2020   12:36 Diperbarui: 30 Desember 2020   12:54 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Virus Corona atau yang juga disebut Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2) adalah virus yang menyerang sistem pernapasan. Penyakit karena infeksi virus ini disebut COVID-19. Virus ini bisa menyerang siapa saja, seperti lansia (golongan usia lanjut), orang dewasa, anak-anak, dan bayi, termasuk ibu hamil dan ibu menyusui. Infeksi virus Corona disebut COVID-19 (Corona Virus Disease 2019) dan pertama kali ditemukan di kota Wuhan, China pada akhir Desember 2019. Juga virus ini menular dengan sangat cepat dan telah menyebar ke hampir semua negara, termasuk Indonesia, hanya dalam waktu beberapa bulan.

Ada banyak dampak dari adanya pandemi ini di Indonesia, salah satunya yaitu dampak pandemi terhadap kesehatan mental masyarakat Indonesia. Banyaknya orang yang mengalami permasalahan kesehatan mental akibat pandemi Covid-19 bisa dipahami, khususnya para pelajar yang ada Indonesia mengingat pandemi Covid-19 merupakan sumber stres baru bagi masyarakat dunia saat ini. Secara global, terdapat empat faktor risiko utama depresi yang muncul  akibat pandemi Covid-19 menurut Thakur dan Janin.

  • Faktor jarak dan isolasi sosial. Ketakutan akan Covid-19 menciptakan tekanan emosional yang serius. Rasa keterasingan akibat adanya perintah jaga jarak yang memang mengharuskan masyarakat untuk work from home, dalam artian melakukan kebiasaan baru dalam hidup telah mengganggu kehidupan banyak orang dan mempengaruhi kondisi kesehatan mental mereka, seperti depresi dan bunuh diri.
  • Resesi ekonomi akibat Covid-19. Pandemi Covid-19 telah memicu krisis ekonomi global yang kemungkinan akan meningkatkan stress, depresi dan bunuh diri terkait dengan tekanan ekonomi demi berlanjutnya hidup. Perasaan ketidakpastian, putus asa dan tidak berharga meningkatkan angka bunuh diri. Di Indonesia, hingga 31 Juli 2020, Kementerian Ketenagakerjaan mencatat ada 2,14 juta tenaga kerja formal dan informal terdampak pandemi Covid-19. Banyak pakar menilai kemungkinan Indonesia masuk ke jurang resesi pada Kuartal III 2020 (Juli-September 2020) dengan melihat pertumbuhan ekonomi Indonesia yang menurun drastis hingga minus 5,32% pada Kuartal II 2020 (April-Juni 2020) berdasarkan data dari BPS (Kompas.com, 3 Agustus 2020).
  • Stres dan trauma pada tenaga kesehatan. Penyediaan layanan kesehatan berada pada risiko kesehatan mental yang makin tinggi selama pandemi Covid-19. Sumber stres mencakup stres yang ekstrim, takut akan penyakit, perasaan tidak berdaya, dan trauma karena menyaksikan pasien Covid-19 meninggal sendirian. Sumber stres ini memicu risiko bunuh diri tenaga kesehatan. Survei terhadap 2.132 perawat dari seluruh Indonesia yang dilakukan oleh peneliti Departemen Keperawatan Jiwa, Fakultas Ilmu Keperawatan UI bersama dengan Divisi Penelitian Ikatan Perawat Kesehatan Jiwa Indonesia (IPKJI) pada April hingga Mei 2020 menunjukkan bahwa lebih dari separuh tenaga kesehatan mengalami kecemasan dan depresi, bahkan ada yang berpikir untuk bunuh diri (Kompas, 4 Agustus 2020:1).
  • Stigma dan diskriminasi. Stigma Covid-19 dapat memicu kasus bunuh diri di seluruh dunia. Di Indonesia, stigma dan diskriminasi dialami secara nyata, terutama oleh tenaga kesehatan. Bentuk stigma yang dialami antara lain berupa orang-orang sekitar menghindar dan menutup pintu saat melihat perawat, diusir dari tempat tinggal, dilarang naik keluarga dikucilkan, dilarang kendaraan umum, menikahi mereka, dan ancaman diceraikan oleh suami atau istri (Kompas, 4 Agustus 2020:1).

Bagi pelajar maupun mahasiswa yang ada di Indonesia situasi ini memiliki dampak yang sangat besar terhadap kesehatan mental, karena keputusan Pemerintah untuk memberlakukan kegiatan belajar dari rumah yang mendadak sehingga mengharuskan adaptasi kebiasaan baru yang tidak terencana. Penguasaan teknologi yang rendah selain media social, keterbatasan sarana dan prasarana, jaringan internet dan biaya merupakan masalah yang harus dihadapi pelajar, mahasiswa maupun pendidik yang ada di Indonesia. Tidak sedikit kasus depresi yang terjadi pada pelajar maupun mahasiswa karena pandemi Covid-19. Dan penggunaan gadget pada anak-anak di usia yang tidak seharusnya menggunakan atau memiliki gadget pun meninggat pada saat ini dan merupakan dampak lain yang diterjadi karena pandemi Covid-19.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun