Senja ini saya terbangun dengan kepala yang masih pening. Memang siang tadi saya beristirahat karena merasa tubuh memang tengah membutuhkan rehat. Mungkin karena lama sekali saya tidak menuliskan sesuatu. Atau menumpahkan kisah yang terlalu penuh dalam ingatan. Ah, memang semua kisah itu tidak untuk saya bagi saat ini. Banyak hal telah melatih saya menyembunyikan, merahasiakan, menutupi, atau apalah itu.
Sayangnya, seringkali saya seperti selembar daun yang tak sanggup menampung lelehan embun. Pasti ada yang harus saya tumpahkan. Ada juga yang tumpah dengan sendirinya. Maka, akan saya tumpahkan saja pada samudera yang sejak lama menjadi tempat awan menenggak banyak air. Biar menjadi hujan. Biar menjelma menjadi hijau yang menghampar.
Samudera itu, biarlah menenggelamkan saya di kedalaman yang tak pernah saya tahu dasarnya. Di luas yang tak pernah saya tahu tepinya. Saya hanya yakin saja, di sana hanya ada cinta dalam berbagai rupa. Rupa pantulan matahari, rupa bayangan purnama, rupa lembayung ketika pagi dan senja, rupa mutiara, rupa karang. Bahkan mungkin ada rupa surga, tempat aku bisa melepas rindu padaMu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H