Padahal masyarakat Indonesia sendiri membutuhkan Pendidikan untuk lepas dari penjajahan Belanda saat itu.
Keadaan inilah membuat Ki Hajar Dewantara resah. Ia pun berpikir bagaimana caranya agar Pendidikan yang layak bisa dirasakan oleh semua warga negara Indonesia tanpa memandang status dan juga gelar kebangsawan.
Tamansiswa dibangun sebagai salah satu bentuk kecintaan Ki Hajar Dewantara pada Indonesia. Dia tidak mau melihat hal yang memiliki manfaat besar itu dirasakan oleh keluarga bangsawan saja.
Tamansiswa yang dibangun pada 3 Juli 1922 menjadi bukti kepedulianya. Beserta Peguyuban Selasa Kliwon yang dipimpin oleh Suryomentaram. Anggota Selasa Kliwon berpikir bahwa cita-cita kemerdekaan Indonesia tidak saja soalpolotik, melainkan ada hal penting dibalik hal itu, yaitu harus ditunjang dengan Pendidikan rakyat yang menumbuhkan jiwa kemerdekaan.
Keberadaan Tamansiswa saat penjajahan Belanda terus berkembang hal ini membuat pemerintahan Belanda sangat resah. Maka, dikeluarkanlah UU sekolah liar paada tahun 1932. Hadirnya UU tersebut Tamansiswa pun dibuabrkan.
Hal tersebut tidak membuat warga pribumi diam. Melainkan mereka pun menentang dengan alas an UU tersebut sangat merugikan bangsa Indonesia. Masyarakat Indonesia saat itupun berdiri di belakang Tamansiswa untuk mempertahankan Tamansiswa. Dan pada tahun 1932 pemerintah Belanda mencabut Kembali aturan tersebut dan Tamansiswa Kembali berkiprah di dunia Pendidikan Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H