Buku berjudul Ki Hajar Dewantara: Peran dan Subangsihnya bagi Indonesia ini merupakan sebuah buku biografi yang ditulis oleh Adora Kirana. Buku penerbit Diva press dengan tebal 146 halaman ini dapat menjadi sebuah buku rekomendasi bagi para pendidik di Indonesia untuk bisa meningkatkan kecintaan terhadap Indonesia.
Buku ini ditulis dengan tujuan agar pembaca dapat mengingat kembali peran seorang Ki Hajar Dewantara dalam membangun Pendidikan untuk Indonesia. Dan lebih menyadarkan kepada pembaca bagaimana sebenarnya peran Pendidikan dalam membangun karakter dan watak masyaraat Indonesia.
Pendidikan bukan saja soal kepandaian, kecerdasan, dan sebuah nilai yang diraih. Namun, Pendidikan memiliki arti yang jauh lebih bermakna. Seperti yang dijelaskan oleh Ki Hajar Dewantara selaku bapak Pendidikan.
"Pendidikan sejati adalah Pendidikan yang mengajarkan kita untuk hidup bersama, untuk saling menghargai, untuk saling membantu, untuk saling mencintai." (hal:5)
Selain itu penulis pun mengingatkan kembali kepada kita tentang system among yang digunakan oleh Ki Hajar Dewantara dalam membangun Pendidikan di Indonesia. Sistem among yang dibangun ini bertujuan agar pendidikan dijalankan sesuai dengan cara mengajar yang cocok untuk bangsa Indonesia, bukan lagi berpaku pada cara pemerintah Belanda dalam mendidik.
Satu hal terpenting yang dijelaskan dalam buku ini adalah bagaimana Tamansiswa dibangun dan manfaatnya untuk indonesia.
"Tujuan Tamansiswa adalah memberikan akses Pendidikan kepada semua orang terutama kepada orang-orang yang kurang mampu dan tidak terjangkau oleh system Pendidikan pada masa itu" (Hal:6)
Ki Hajar Dewantara melihat pedidikan sangat penting untuk masyarakat indonesia. Pembangunan organisai tamansiswa pun dibangun untuk semua kalangan.
Organisasi taman siswa adalah layanan Pendidikan untuk anak-anak, remaja, dan orang dewasa.( hal 62)
Seharusnya kita patut bersukur adanya Pendidikan di Indonesia yang hingga saat ini kita rasakan. Karena perjuangan membangun Pendidikan yang dilakukan oleh Ki Hajar Dewantara tidak lepas dari penjajahan belanda saat itu. Pada saat itu Pendidikan hanya bisa dirasakan oleh keluarga yang mampu. Saat Indonesia maih dalam penjajahan Belanda Pendidikan hanya bisa diperoleh untuk anak-anak bangsawan, keluarga kaya, dan bangsawan yang diizinkan bersekolah. (hal:63)