Malam ini sebelum menutup semua kegiatan, saya sedikit melanjutkan bacaan yang sempat tertunda tadi sore. Buku yang berjudul Tak Mungkin Membuat Semua Orang Senang karya Jeong Moon Jeong.
Penulis asal Korea ini telah menghadirkan karya yang luar biasa untuk dibaca sebagai motivasi orang dewasa. Kali ini saya tidak akan membahas tentang semua isi buku. Namun, ada satu bab yang menurut saya menarik untuk dibahas, karena ini terkait cinta.
"Kenapa anak tengah selalu gagal dalam hubungan cinta"
Judul ini saya anggap menarik perhatian saya karena saya termasuk dari anak tengah tersebut. Sebelum melanjutkan membaca isi dari judul tersebut, saya bertanya, benarkah saya temasuk anak yang sulit menjalinkan cinta ketika masih remaja dulu?
Saya pun menelusui kalimat per kalimat yang ditulis oleh Jeong.
Pada halaman pertama bab ini penulis menceritakan tentang bagaimana dia menemukan para pengirim pesan ke kolom konsultasi cinta yang pernah ditulis olehnya. Para pengirim tulisan ke kolom rata-rata mahasiswa yang awalnya menjalin hubungan untuk merasa bahagia, tapi lama kelamaan hubungannya membuat mereka merasa semakin menderita.
Ada pun penderitaan tersebut disebabkan karena beberapa hal, di antaranya adalah: Wanita-wanita yang tiak bisa melepaskan diri dari pria posesif, Wanita yang dikekang oleh pria yang melakukan kekerasan, suka mengatur, dan para wanita yang terlalu baik dan rendah diri. Dan penulis menemukan bahwa kebanyakan dari pengirim pesan adalah mereka adalah anak kedua dari keluarganya.
Kevin Lenan, seorang ahli psikologi keluarga yang mempelajari psikologi di balik urutan kelahiran berkata "Orang-orang terlahir sebagai anak tengah, misalnya anak kedua dan anak ketiga, akan merasa tersisih dan tidak diperhatikan."
Ternyata hal tersebut juga dialami oleh sang penulis Jeong. Dalam buku tersebut penulis menceritakan terkait dirinya yang selalu dibandingkan dengan saudara-saudaranya. Saat ia berulang tahun ia hanya mendapatkan 5.000 Won, sedangkan kedua saudaranya mendapatkan masing-masing 10.000 won.
Dia juga mengatakan bahwa karena suka dibanding-bandingkan ia pun memilih untuk kabur dari rumah. Dengan alasan tidak bisa menemukan cinta tanpa batas dan pengakuan dalam keluarga. Sang penulis juga sudah mulai berpacaran sejak SMP namun, hubungannya tidak mulus.