Mohon tunggu...
hesty Gorang
hesty Gorang Mohon Tunggu... Lainnya - Buku gudang ilmu

📝Penulis buku : Pena Pedang Penulis, Muslimah Kanan. 📝Anggota di FLP NTB 🔮Pemilik blog : Lancarberbahasa.com Penulis buku : Muslimah kanan, Jangan Menulis Nanti Keliling Dunia

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Butuh Pengembangan Diri

20 November 2020   04:30 Diperbarui: 20 November 2020   04:50 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku sudah terlalu kenyang dengan keegoisanku. Kini aku kembali lapar untuk satu keburukan baru. Yah, beginilah aku. Kenyang dengan kejelekan yang tak habis-habisnya dilakukan. Merasa diri serba bisa dan melupakan diri bahwa sebenarnya aku tidak ada apa-apanya.

Mau dibilang ini merendahkan diri? Bukan, ini bukan aksi merendahkan diri sendiri, tapi aksi menyadarkan diri yang terlalu sombong dan egois dengan keberuntungan. Kau mungkin lagi sengsara, atau lagi susah dengan keadaan dunia yang dipenuhi dengan huru-hara ini.

Namun, aku diberikan kenikmatan yang tidak didapatkan orang lain. Hari ini aku bisa menyantap beberapa lauk pauk kesukaanku, minuman segar dengan berbagai warna, menghirup udara segar tanpa hambatan, dan menikmati setiap detik kehidupan dengan segala fasilitas yang dibilang lengkap.

Namun, aku lupa. Kebahagiaan yang ada ini, bukan semua milikku. Ada yang harus disalurkan, tapi lagi-lagi aku harus merendahkan diriku ini. Ada tetangga menagis kesakitan tak aku hiraukan, yang menahan lapar dan dahaga tak juga aku peduli.

Hatiku seperti ditutup oleh segala keegoisan, dan kesombonganku. Pikiranku sempit, hatiku mati, pikiranku tertutup oleh segala kemewahan dunia. 

Aku benar-benar lupa bahwa aku lahir dari tangan mereka yang sedang kosong itu, aku lupa bahwa dulu ketika aku menagis kesakitan mereka mengantarkanku ke seorang dokter untuk merawatku, aku pun lupa bahwa perut ini pernah diisi oleh buah segar yang mereka cari dari hasil keringat mereka. Padahal mereka hanyalah seorang pedagang biasa yang setiap hari berjalan keliling menjual sayur-mayur disetiap gang desa ini. 

Sekarang ketika aku yang naik daun, aku lupa semua itu. Kebodohan apa yang sudah merasuki jiwa ini. Begitu tega melupakan semua kebaikan, dan menikamtai hidup tanpa memikirkan orang lain disampingnya.

Mungkin aku lagi sadar bahwa aku sekarang berada di atas titik keegoisan yang tinggi, dan berharap untuk bisa menjadikan diri ini lebih baik dari sebelumnya. Aku butuh belajar dan mengenal diriku, sebelum sibuk menilai dan menghukum batin orang lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun