Mohon tunggu...
hesty kusumaningrum
hesty kusumaningrum Mohon Tunggu... Human Resources - swasta

seorang yang sangat menyukai film

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mendesaknya Pemisahan Keterkaitan Agama dan Terorisme

25 Desember 2015   19:28 Diperbarui: 25 Desember 2015   19:51 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Terorisme tidak pernah beragama, jadi sangatlah keliru jika ada yang menganggap bahwa agama tertentu menjadi dasar pergerakan terorisme. Justru agama dipermainkan oleh terorisme sebagai topeng pembelaan bagi legitimasi propaganda yang dilakukannya. Bahkan agama dijadikan alat pembenaran bagi terorisme untuk melakukan kekerasan guna melancarkan tujuannya. Inilah yang kemudian membuat publik tertipu oleh sepak terjang terorisme dan lantas menuduh agama tertentu bertanggung jawab atas paham kekerasan yang hadir sebagai teror bagi masyarakat global. Melihat hal tersebut, tentu kita sebagai manusia yang cerdas, perlu bersama satu visi memisahkan kaitan agama dengan terorisme. Karena bagaimanapun juga, tidak pernah agama di dunia ini yang menganjurkan tindak kekerasan.

Bukan hanya Islam yang identik dengan terorisme, di berbagai belahan dunia, beragam agama juga menghadapi problematika serupa, yakni dipermainkan oleh terorisme. Di Amerika Serikat (AS) ada Ku Klux Klan atau biasa dikenal dengan singkatan KKK yang menodai kesucian agama Protestan. Di Myanmar terdapat kelompok Budha beraliran sangat konservatif yang tega menganiaya kelompok minoritas, seperti minoritas Islam dan Hindu, karerna alasan tidak sepaham. Namun memang tidak dapat dipungkiri bahwa Islam dijadikan sebagai tameng oleh terorisme karena alasan basis wilayah asal kebanyakan kelompok ekstremis, yakni di Timur Tengah.

Kawasan ini sejak lama memang rawan konflik akibat banyaknya kepentingan yang saling bersinggungan. ISIS sebagai contoha, merupakan kelompok ekstremis yang konon mendasari gerakannya atas balas dendam terhadap invasi militer AS dan Sekutu terhadap beberapa negara yang dituding sebagai teroris, yakni Irak, Suriah, dan Afghanistan. Namun, ada dugaan besar yang justru tertuju pada kemungkinan reinkarnasi terorisme lama ke dalam wujud baru yang lebih kuat. Di sini kemudian perlahan tampak bahwa terorisme adalah sebuah kepentingan tertentu, bukan perjuangan atas nama agama. Apalagi hal ini diperkuat dengan bukti pemerintahan negara-negara yang menjadi basis ISIS justru menentang dan mengecam eksistensi kelompok bentukan al-Baghdadi itu.

Publik pun kemudian tertipu oleh sepak terjang ISIS, baik yang tertipu oleh buaian maupun tertipu oleh hasutan. Tertipu oleh buaian adalah ketika banyak orang yang salah mengira ISIS dengan cita-cita pendirian khilafah global adalah perintah Tuhan. Banyak masyarakat dunia, baik Muslim maupun non-Muslim terpukau oleh semangat perjuangan yang disampaikan oleh ISIS. Mereka kemudian banyak yang merasa bahwa ISIS membawa angin segar perubahan. Perasaan ini utamanya dirasakan oleh mereka yang berpikiran kiri, namun terbukti juga mereka-mereka yang tadinya netral akhirnya tercuci otaknya dan balik mendukung kelompok ekstremis tersebut.

Hal tersebut berkaitan dengan hasutan maut yang dilancarkan oleh ISIS, di mana mereka dulu pintar memanfaatkan celah secara personal melalui medium yang kurang diperhatikan oleh khalayak, seperti forum dunia maya dan pertemanan di jejaring sosial. Namun kini ketika sepak terjang ISIS kian mengkhawatirkan, publik seharusnya bersama satu visi menolak kehadiran ISIS. Pemerintah harus serius memberdayakan seluruh unit bangsa untuk menolak keras ISIS dan berkomitmen untuk bersama dukung perdamaian.

Jika kemudian berbicara tentang Indonesia, kita harus kembali ingat bahwa negeri ini terdiri atas masyarakat yang multikultur. Kita juga harus ingat bahwa Indonesia dibangun atas dasar falsafah Pancasila yang sangat menjunjung persatuan dan kesatuan bangsa. Indonesia juga telah terbukti mampu menjadi negara yang jauh dari konflik lintas masyarakat, apalagi agama, sejak lama. Meskipun masih ada segelintir orang yang bersikap chauvisme, namun hal tersebut sejauh ini selalu mampu diredam oleh semangat kebersamaan untuk bersatu dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Indonesia adalah negara yang bediri di atas keberagaman, sehingga persatuan adalah harga mati yang harus dijaga. Dengan menyatukan sepakat tentang Indonesia satu, maka kita pun akan terhindar dari ancaman terorisme.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun