Baru-baru ini seluruh warga Indonesia (ibaratnya begitu) dikejutkan dengan seorang pejabat pemerintah yang juga seorang ulama yang dituding merendahkan orang kecil (miskin) Sikapnya ini kemudian dicibir oleh banyak orang di media sosial dan media besar pun memblowupnya.
Tak terlalu lama kemudian, sang pejabat itu mengundurkan diri, entah karena tekanan atau merasa bahwa sikapnya itu keliru. Padahal sang pejabat banyak dikenal sebagai seorang yang dihormati, dekat dengan kaum marginal, punya bekal ilmu agama  moderat yang cukup dan sebagainya. Bahkan sang pejabat itu diangkat oleh presiden sebagai seseorang yang khusus membantunya dalam hal tertentu.
Banyak yang menilai bahwa sang pejabat sedang melakukan kecerobohan sikap. Namun nasi sudah menjadi bubur, dimana semua orang mencibir sikapnya dan dia memutuskan sendiri untuk bertanggungjawab pada sikapnya yang kurang santun itu.
Beberapa akun di media sosial mengatakan bahwa "Mereka yang mengklaim diri sebagai moderat, pada kenyataannya tidak lebih baik dari kami yang kalian cap radikal."Lalu kesalahan ini dimanfaatkan oleh kelompok wahabi, salafi, dan intoleran lainnya untuk menggiring opini publik dengan mendelegitimasi ajaran Aswaja yang menjadi fundamen beragama bangsa Indonesia.
Inilah tantangan tersendiri. Siapapun tokoh apalagi pejabat selayaknya dia adalah panutan. Seorang yang dianggap panutan memang berat. Dia harus menunjukkan sikap dan perkataan yang santun, menghargai orang lain termasuk masyarakat kecil dan menampakkan gesture yang bersahabat.
Terlepas dari tokoh agama, bersikap sebagai mana layaknya seorang panutan kita bisa lihat di diri mantan Presiden ke tujuh Indonesia yaitu Joko Widodo. Dia menghargai rakyat kecil dan selalu memperlihatkan gesture yang bersahabat dengan siapa saja. Sehingga tak salah timnya menamakannnya Jokowi adalah kita, dan ketika masa kepemimpinannya habis, aproval ratingnya sekitar 75 Â %, sebuah angka yang sulit diikuti oleh mantan presiden lainnya.
Kita kembali soal tokoh agama sebagai panutan. Oleh karenanya PR terbesar para tokoh agama apalagi yang kita melakukan moderasi beragama, adalah menjaga sikap sebagaimana panutan. Seperti halnya guru, dia harus digugu dan ditiru.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H