Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dilakukan oleh sangat meriah di seluruh Nusantara. Ada bermacam tradisi yang menyertainya. Bahkan di Madura perayaan Maulid Nabi nyaris sama meriahnya dengan Idul Fitri atau Idul Adha, dimana banyak diaspora suku Madura yang tersebar di beberapa kota, pulang ke tanah asalnya untuk merayakan itu.
Beberapa tradisi di tanah air terkait dengan peringatan kelahiran Nabi Muhammad itu antara lain tradisi ketupat di kabupaten Sampang, Madura. Lalu yang sering tayang ditelevisi karena juga mampu menarik perhatian turis mancanegara adalah Grebeg Maulud yang dilakukan di Yogyakarta dan Solo.
Perayaan Grebeg Maulid dimulai dengan konvoi prajurit keraton berseragam lengkap dengan senjata khusus. Adapula prajurit yang membawa senjata berupa alat musik yang dimainkan. Lalugre ada prajurit penunggang kuda dan kemudian muncul gunungan yang berisi makanan dan buah yang siao dibagikan kepada masyarakat. Tradisi ini dimulai sejak  walisongo menyebarkan Islam di tanah Jawa.
Selain dua tradisi yang saya tulis di atas, ada juga tradisi masak kuah Beulangong di Aceh, lalu tradisi Baayun Maulid di Banjar, tradisi Bungo Lado di Padang pariaman, sampai tradisi baca kitan Al Barzanji di Jepara. Dan beberapa tradisi Maulud lainnya. Alkuturasi ini tak perluah kita perdebatkan sebagai sesuatu yang bertentangan dengan agama atau tidak. Namun apa yang dilakukan sejak Islam masuk saat Walisongo itu tradisi Maulid adalah sesuatu yang menunjukkan rasa syukur.
Sebagai umat kita harus bersyukur dengan keberadaan Nabi Muhammad SAW baik sebagai seorang nabi yang mensyiarkan Islam maupun sebagai manusia yang kelahirannya layak kita syukuri.
Perjuangan dan sifat-sifat agung yang ada pada diri Rasulullah SAW patut dicontoh. Beliau adalah pejuang damai, Â pribadi yang tidak pernah tega melihat umat dan sahabat-sahabatnya menderita. Beliau adalah penyayang dan santun serta toleran atas berbagai perbedaan dan keberagaman pada umat manusia. Â Singkat kata, kelahiran Nabi Muhammad SAW adalah anugerah yang paling indah bagi isi bumi. Â Kita layak menyukurinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H