Sekitar dua tahun lalu, warga Indonesia heboh dengan kabar yang beredar bahwa Singapura menolak ustadz  Abdul Somad untuk masuk ke negara mereka. Alasannya, AS dikenal luas oleh masyarakat global sebagai penceramah atau ulama ekstrem dan mengajarkan segregasi. Itu sebabnya pemerintah Singapura menganggap AS tidak cocok berkunjung ke negara dengan multi ras dan multi agama seperti keyakinan seperti Singapura.
Kita terhenyak karena mengetahui bahwa standar yang ditetapkan Singapura dalam melihat ulama begitu tinggi dan ketat. Mengingat juga etnis dan keyakinan di Singapura tidak lebih majemuk dibanding Indonesia. Hal itu karena kemungkinan besar pemerintah Singapura memantau dengan cermat isi ceramah AS dengan seksama sehingga menyimpulkan bahwa ceramah-ceramahnya cukup berbahaya bagi warga Singapura
Sebenarnya , itu menjadi pembelajaran kita semua. Mengingat banyak ustadz yang bernarasi mirip seperti ustadz AS. Malah ada beberapa yang lebih radikal dengan menyebarkan narasi-narasi yang bertentangan dengan budaya dan filosofi bangsa kita. Â Ulama-ulama itu seringkali menyebabkan warga Indoensia terpecah, melalui ceramah baik di media-media sosial bahkan di kajian-kajian eksklusif.
Ulama seharusnya bisa mendukung negara untuk lebih maju dan menjaga umatnya untuk tetap berjalan menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. Ulama sebaiknya menjada kesatuan umat agar bisa menjalani kehidupannya dan keyakinannya dengan lebih baik. Hanya dengan dengan suasana damai dan tanpa kebencian, rasa bahagia itu muncul, dan kemakmuran akan datang menghampiri.
Ulama yang mendukung negara biasanya dilakukan oleh ulama-ulama moderat. Ulama-ulama ini sangat sibuk berkarya dalam berbagai bidang baik agama itu sendiri, pendidikan, sosial, kesehatan dll. Kita bisa melihat banyaknya universitas dan sekolah yang dimiliki oleh ulama moderat. Belum lagi rumah sakit dan lembaga-lembaga lainnya. Bahkan banyak ulama yang terjun ke ranah politik. Karena memang politik dikenal sebagai salah satu cara untuk membuat umat lebih Sejahtera dan maju.
Kita bisa melihat misalnya mantan gubernur NTB yang merupakan ulama lokal yang terkenal yaitu KH Mohammad Zainul Majdi atau  lebih dikenal sebagai TGB. Dia menjadi Gubernu NTB selama dua periode. Di Jawa Timur kitab isa melihat gubernur Jawa Timur yaitu Khofifah Indar Parawansa dan mantan wakil gubernur Jawa Tengah yaitu H Taj Yasin Maimoen, anak dari seorang ulama terkenal asal Rembang. Belum lagi Gus Dur atau Abdurrahman Wahid yang menjadi Presiden meski sangat singkat yaitu 23 bulan. Namun menunjukkan bahwa ulama mampu berkerjasama dengan pemerintah untuk mewujudkan cita-cita mulia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H