Pada minggu ini kita merayakan dua peristiwa besar dari dua keyakinan berbeda. Pertama umat muslim akan memperingati Nuzulul Quran  pada 17 Ramadhan. Lalu umat Katolik dan Protestan memperingati dua hari besar sekaligus pada minggu ini yaitu Jumat agung pada hari Jumat dan hari Paskah pada Minggu.
Bagi kita mungkin biasa. Namun bagi yang mau mendalami makna dari kebersamaan peringatan itu adalah, bahwa kita hidup di Tengah masyarakat yang majemuk dan besar. Oleh takdir dan rasa sosial, kita harus menghormati satu sama lain. Jika tidak kita akan seperti alien.
Kita tahu bersama bahwa umat Muslim  memperingati Nuzulul Qur'an pada 17 Ramadhan. Nuzulul Qur'an harus menjadi momentum untuk meneguhkan Al-Quran sebagai pedoman dan panduan etis-moral. Panduan etis moral ini penting bagi semua pihak dan dasar untuk berfikir dan bertindak dengan mempertimbangkan pihak lain.
Di antara pedoman yang diajarkan Qur'an adalah perintah untuk saling menghormati dan menjaga kerukunan, seperti yang di antaranya disinggung dalam QS. Al-Hujurat: 13, QS. QS. Mumtahinah: 8, dan QS. Al-Maidah: 8. Pada masa nabi Muhammad SAW, saling menghormati dan menjaga kerukunan adalah hal yang sangat dijaga oleh nabi setelah beliau hijrah dari Makkah ke Madinah. Jika di Makkah, orang berbuat sekehendak hati dan jahat karena mereka saling berbeda, namun di Madinah, itu berbeda. Di Madinah, orang harus menghargai ketentuan dan norma yang sudah ditetapkan oleh sang Nabi, meski mereka  dari kaum berbeda dan muslim. Dengan begitu, mereka bisa berdampingan dengan baik dan rukun.
Sementara bagi umat Kristiani, baik Katolik dan Protestan. Pemahaman yang lebih dalam tentang pentingnya pengampunan dan rekonsiliasi nasional dapat diperoleh melalui refleksi spiritual selama perayaan Jumat Agung. Juymat agung bisa dikatakan adalah karya Yesus paling agung untuk pengikutnya.
Perayaan Jumat Agung mengingatkan kita akan pentingnya mengedepankan nilai-nilai kasih, pengampunan, dan persatuan. Melalui kisah penderitaan dan pengorbanan Yesus Kristus, umat diingatkan bahwa kekuatan sejati terletak pada kemampuan untuk mengasihi. Dalam konteks nasional, ini mengajarkan kita untuk mengasihi satu sama lain, bahkan kepada mereka yang berbeda pandangan politik
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H