Mohon tunggu...
hesty kusumaningrum
hesty kusumaningrum Mohon Tunggu... Human Resources - swasta

seorang yang sangat menyukai film

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jangan Jadi "Trump-Trump" Baru

7 November 2020   02:00 Diperbarui: 7 November 2020   05:38 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apakah Anda mengikuti berita soal Pemilihan Presiden di Amerika Serikat ? Dua partai di AS yaitu Partai Republik mencalonkan petahana yaitu Donald Trump -- Mike Pence dan Partai Demokrat mencalonkan Joe Biden dan Kamala Harris.

Pemilihan itu menarik karena beberapa hal, diantaranya karena wakil presiden yang diusung oleh Partai Demokrat adalah wanita berdarah Afrika-India -- merupakan calon wakil presiden pertama yang wanita dan berkulit hitam. Hal kedua yang menarik adalah meskipun belum diputuskan, Biden --Harris diprediksi menang tipis atas petahana di beberapa negara bagian kunci. Kejar-kejaran perolehan suara ini menarik karena di beberapa negara bagian yang sebelumnya selalu dikuasai oleh Partai Republik seperti Georgia dan beberapa negara bagian lain secara mengejutkan memilih Biden.

Di tengah kejaran perolehan sura itu, sang petahana Donald Trump melontarkan pidato mengejutkan banyak pihak termasuk media soal kemungkinan kecurangan dalam pemilihan preside itu. Pidato yang dilontarkan pada tanggal 5/11/2020 antara lain berbunyi "Jika surat suara sah dihitung, saya dengan mudah menang. 

Jika suara illegal dihitung, mereka mencoba mencuri pemilu dari kami," katanya. Ucapan ini merujuk pada surat suara yang dikirimkan pemilih melalui pos. Ini dilakukan karena mereka menghindari kerumuman di TPS, sehingga memilih melalui surat pos jadi altenatif yang paling baik. Sistem ini sudah diterapkan oleh AS puluhan tahun dan selama ini tidak ada masalah.

Atas pidato mengejutkan itu beberapa media ternama seperti  ABC, CBS, MSNBC  menolak meneruskan pidato Trump yang saat itu disiarkan secara langsung. Menurut mereka, Trump mengklaim tanpa bukti kuat bahwa dirinya dicurangi dalam pemilihan masa jabatan keduanya. Pembawa acara MSNBC Brian Williams yang menjadi host mengatakan bahwa "di sini kita sekali lagi berada dalam posisi yang tidak biasa untuk tidak hanya menginterupsi Presiden AS tapi juga mengoreksinya", katanya.

Sikap media terhadap Trump itu mengacu bahwa tudingan Trump soal hasil pemilu (yang dicurangi) itu terlalu berlebihan dan merupakan kebohonan public. Hal ini berbahaya karena di beberapa negara bagian pendukung Trump juga berusaha menghentikan surat suara hanya karena hasilnya diluar ekspektasi mereka (bahwa jumlah suara Trump lebih kecil dibanding Biden).

Tidak itu saja, beberapa media sosial seperti Twitter dan Facebook telah memberi peringatan tertentu pada tulisan-tulisan yang dibuat oleh pendukung Trump dan cuitan-cuitan Trump di twitter sebagai pernyataan yang kurang bisa dipertanggungjawabkan alias kemungkinan besar adalah kebohongan. Dengan kata lain media sosial itu mengingatkan ke public agar tidak mempercayai kehobongan yang disebarkan itu.

Peristiwa ini sangat menarik dan membuat masyakarat luas belajar dari kasus ini. Bahwa kebohongan (hoax) dan fakenews bisa dengan mudah kita dapatkan di sekitar kita termasuk di Indonesia, melalui media sosial, grup WA dan lain-lain. Tapi sejatinya kita harus terus kritis untuk menerima banyak informasi yang kita terima. Bersikap skeptis, selalu mengecek perkembangan dengan membandingkan berita yang diterima dari berbagai sumber kemudian melogikakannya merupakan kunci dari presepsi kita terhadap informasi itu.

Dengan begitu kita tidak perlu menjadi 'Trump-trump' baru yang menyebarkan berita bohong kepada public. Kita harus berjuang untuk kebenaran informasi, dengan begitu kita harapkan Indonesia akan jauh lebih kuat dari sebelumnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun