Mohon tunggu...
hesty kusumaningrum
hesty kusumaningrum Mohon Tunggu... Human Resources - swasta

seorang yang sangat menyukai film

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Corona, Kekhawatiran dan Solusi di Banyak Negara

26 Maret 2020   06:00 Diperbarui: 26 Maret 2020   05:58 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Corona sudah ditetapkan WHO sebagai pandemic, yang artinya suatu penyakit yang menjalar di seluruh dunia. Hingga minggu kedua Maret penyakit yang bersumber dari pasar trdisional di Wuhan, Hubei China ini sudah menyerang lebih dari 150 negara dunia. Ribuan orang menjadi korban, sekadar terserang virusnya kemudian sakit dan sebagian diantaranya meninggal dunia.

Tentu saja ini membuat situasi dunia menjadi sulit. Bukan hanya hal-hal yang bersifat primer seperti kegiatan ekonomi termasuk mencari nafkah dan sekolah tapi juga sekunder bahkan tersier seperti pariwisata dan aneka hiburan serta belanja. Bahkan hal-hal yang bersifat religius mau tidak mau menyesuaikan diri.

Di TImur Tengah, Afrika dan sebagian Asia yang sebagian menganut agama Islam, juga menyesuaikan atas hal itu. Bagaimanapun salat berjamaah adalah hal utama bagi setiap muslim, entah itu salat subuh maupun magrib. Ajakan salat  " hayya alas-salah " (datang ke sholat) berubah menjadi " as-salatu fi buyutikum " (berdoa di rumah Anda).

Imam masjid di banyak negara mengemukakan alasan bahwa bagaimanapun nyawa manusia harus diutamakan ditengah situasi yang sangat sulit ini, sehingga perubahan pola ibadah harus dilakukan.  

Ada kisah dalam Islam saat seorang paman dari Nabi Muhammad dikatakan telah mendesak pengikut untuk tinggal di rumah selama cuaca buruk. Ini adalah contoh bahwa salat di rumah sangat dimungkinkan jika situasi tidak mendukung.

Situasi sulit ini juga melanda Mekah yang merupakan pusat spiritual umat muslim dunia. Biasanya masjid agung di kota ini penuh dengan umat manusia dari seluruh dunia baik siang maupun malam.

Selain penuh pada musim haji, Mekah juga selalu penuh orang pada bulan-bulan lain, dimana dimungkinkan adanya umroh, suatu kegiatan ziarah yang dilakukan sepanjang tahun. Kegiatan ziarah dan Haji menyumbang $10 miliar untuk ekonomi Saudi dan merupakan pendapatan terbesar kedua setelah minyak.

Pada tanggal awal Maret, otoritas Arab Saudi menangguhkan kegiatan ziarah itu mula-mula untuk 50 negara tapi kemudian dari lebih dari 100 negara. Lalu kemudian Uni Emirat Arab juga menghentikan para  wisatawan dari mancanegara yang ingin ke masjid al-Aqsa di Yerusalem.

Menghentikan kegiatan rutin atau memindahkan kegiatan itu di rumah memang menjadi satu solusi yang dipilih oleh banyak negara untuk rakyatnya pada masa yang sangat sulit ini. Beberapa memang harus disesuaikan semisal salat dari rumah, tidak menyelenggarakan umrah dan beberapa hal lain. Begitu juga yang terjadi di Indonesia.

Perubahan itu selayaknya tidak menimbulkan ketegangan baru atas kondisi ini. Semuanya harus menerima dan menjalaninya dengan baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun