Mohon tunggu...
hesty kusumaningrum
hesty kusumaningrum Mohon Tunggu... Human Resources - swasta

seorang yang sangat menyukai film

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menuju Kemenangan

24 Mei 2019   14:28 Diperbarui: 24 Mei 2019   15:22 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://www.istockphoto.com 

Kata kunci dalam puasa adalah menahan. Menahan itu tidak saja dikaitkan dengan menahan lapar dan haus dari terbit fajar sampai tenggelam matahari. Namun hakikat orang puasa jauh lebih luas daripada itu. Antara lain untuk bertakwa kepada Allah. Karena takwa itu sehingga puasa tidak semata hanya menahan rasa lapar dan haus. Namun juga menahan dari nafsu dan syahwat. Nafsu amarah, kekerasan dan hal negative lainnya.

Pencapaian puasa yang diingini oleh Allah adalah berakhlak terbaik, akhlak malaikat, akhlak para nabi terutama nabi Muhammad SAW. Ada sebuah hadits dimana Rasullulah SAW bersabda : "Lima hal ini bisa membuat puasa seseorang tidak sah yaitu berbohong, menggunjing, mengadu domba, sumpah palsu dan melihat syahwat"

Karena itu, mengadu domba lebih pada konteks pertikaian atau ketidakharmonisan dengan pihak lain. Membuat satu pihak atau beberapa tidak merasa nyaman karen sikap pihak lainnya. Sikap mengadu domba atau terjerembab dalam adu domba pasti tidak diingini oleh Allah dalam bulan suci seperti Ramadan ini. Ramadan menginginkan akhlak yang baik, sikap dengan sesama yang positif dan baik serta harmoni dengan pihak lain.

Sehingga terpenting dalam berpuasa adalah menahan diri. Agar tidak marah, tidak mengumbar kebencian atau narasi-narasi yang mengandung perpecahan. Ini penting agar masing-masing orang ini dapat menuju ke kemenangan yang diingini Allah yang disediakan di ujung Ramadan.

Peristiwa disharmoni yang terjadi di hari hari menyambut Lailatul Qadar, justru dicemari dengan sikap angkara murka yang mengumbar kemarahan dengan cara merusak di Jakarta. Puluhan mobil terbakar , ratusan orang luka-luka dan enam orang meninggal adalah bukti betapa jalan menuju kemenangan di ujung Ramadan akan sangat terjal (digapai)

Sikap yang diperlihatkan beberapa komponen masyarakat itu menjadi hal yang sangat tidak terpuji, apalagi dilakukan tengah bulan suci. Sikap yang membuat malu sebagian besar umat Islam karena terlihat bahwa mereka termakan hasutan tak berdasar hanya karena kekalahan salah satu paslon dalam Pilpres. Apapun alasan yang dikemukakan, kekerasan dalam bulan Ramadan sama sekai tak dikendaki oleh Allah.

Sehingga sebagai pemeluk agama Islam sudah saatnya kita berada dalam situasi saling memahami dengan pihak lain. Apa yang disajikan oleh KPU adalah hal lumrah yang telah melalui berbagai tahapan dan mahal harganya, baik secara materi maupun energy. Karena itu ada baiknya untuk menghormati keputusan itu, meski mungkin cukup pahit.

Seperti yang sudah dikemukakan di atas, bahwa hakikat puasa itu menahan diri. Jika berhasil menahan diri dari berbagai hal, kita bisa meraih kemenangan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun